Kebaikan adalah hal yang menentramkan hati. Foto: sumutpos.com |
Dalam Islam, seluruh perbuatan kita memiliki konsekuensi. Ketika mengerjakan sesuatu, seseorang hanya akan mendapatkan dua akibat, yaitu mendapat pahala dan rodho dari Allah atau mendapat dosa sekaligus kemurkaan Allah. Ketika seorang berniat melakukan ibadah ikhlas karena Allah, maka ia akan bernilai ibadah dan mendapatkan balasan sesuai dengan kadar amalan yang diperbuat.
Seorang yang mengerjakan kebaikan satu kali, baik laki-laki ataupun perempuan, maka Allah akan lipat gandakan menjadi sepuluh kali kebaikan. Tapi untuk yang berbuat buruk, maka Allah akan mencatatnya dengan satu kejelekan jika ia benar-benar melakukannya. jika tidak, maka ia akan mendapatkan nilai plus dari Allah karena sudah ragu dan tak melakukan keburukan tersebut.
Maka, ada hal penting yang harus diperhatikan ketika kita beramal atau mengerjakan sesuatu. Ingat, perbuatan kita hanya akan bermuara pada dua akibat dan pilihan. memilih untuk mendapatkan pahala, atau memilih untuk mendapat dosa?
Persyaratan Beramal
Beramal itu harus sesuai dengan;
Niat
Meniatkan pekerjaaan itu penting. Sebab seorang yang berniat mengerjakan sesuatu karena Allah maka ia akan berpahala.
Ikhlas
Mengikhlaskan diri bermakna rela jika dirinya mengerjakan suatu perbuatan karena majikannya. Dan majikan seorang manusia yakni Allah SWT. Maka merelakan diri untuk pekerjaan profesinya hendak di barengi kepada Allah SWT. Maka penanaman ikhlas ini penting sebelum melakukan sesuatu.
Sesuai para rasul sampaikan yakni sesuai dengan apa yang dijalankan Rasulullah SAW
Mengerjakan sesuatu itu harus ada tuntutannya. Dan tuntunan Umat Islam adalah bersandar kepada Nabi SAW. Sebab sebelum menjalankan perintah Allah, maka yang harus di lewati adalah perbuatan, perkataan, sifat dan lain-lain yang Nabi SAW perbuat.
Perusak Amal
Tanpa kita sadari, ternyata ada beberapa hal yang dapat merusak amalan kebaikan yang telah kita lakukan. hal tersebut mengakibatkan tidak bertambahnya pahala justru membuatnya makin menipis bahkan terkuras habis. Dan ini jarang di deteksi oleh manusia yang lain.
Amalan kita akan bertambah tatkala amalan kita tidak tercampuri sesuatu yang dapat merusaknya. Diantara amalan yang dapat merusak adalah:
Syirik
Syirik yakni menyekutukan Allah atau mencari tandingan Allah atau menduakan Allah. Baik dari Tahuid Rububiyah Nya (meng EsakanNya), UluhiyahNya (berdo’a, penghambaan, tata cara ibadaNya), dan Asma’ wa Sifat(nama-nama dan sifat allah) Yang tak boleh di takwil (samakan).
Syirik ini muncul karena ketiadaan iman seseorang kepada Allah serta seluruh ketetapannya. Sebagai contoh: si fulan ingin cepat kaya, maka ia lari ke dukun atau pohon keberkahan padahal Allah sendiri itu Maha Kaya. Jika dia kaya dengan bantuan dukun atau pohon keberkahan, maka kekayaannya itu dibarengi dengan bantuan jin/ iblis. Ingat jika seorang tidak bersyukur dan tidak yakin bahwa rizkinya telah diatur maka sesungguhnya dia telah di beri was-was oleh syaiton. Dan inilah seburuk buruk dosa.
Baca Juga: Menahan Diri Dari Tuduhan Tanpa Bukti
Riya’
Riya’ yakni menampakan perbuatan karena ingin mendapatkan pujian atau muka manusia. Ingin di lihat perbuatannya demi sebuah pujian atau sanjungan dari manusia. Dan perbuatan seperti ini dapat merusak amalan baik kita, yang awalnya tertuju kepada Allah, justru akan hancur.
Sebab amalan kita diterima itu harus karena Allah bukan yang lain. Maka di dalam kitab Fathul barri menjelaskan, bahwa ” Seorang yang melakukan amalan ibadah karena manusia, kemudian mereka memujinya”. Maka ini lah riya’. Dan untuk menghindari riya’ maka seorang hendak meniatkan diri, bahwa ibadahnya itu hanya untuk Allah dan dia tetap menjaga dengan kuat apa yang telah ia niatkan tadi. Sebab hati kita sering berbolak balik, sehingga ia perlu dikuatkan. Selain itu bisa dia memperbanyak do’a :
“اللَّهُمَّ اِنِّي اَعُوْذُبِكَ عَنْ اُشْرِكَ وَاَناَ اَعْلَمْ وَاسْتَغْفِرُكَ لِماَلاَ اَعْلَمْ”
” Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kesyirikan yang aku ketahui dan ampunilah aku dari sesuatu yang tak aku ketahui”
Atau ida berdo’a dengan :
“ياَمُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَناَ عَلَي دِيْنِك”
“Wahai maha pemilik hati, teguhkan lah hati kami di atas agamaMu”
Sum’ah
Sum’ah adalah amalan yang dapat menghanguskan amalan baik kita. Sum’ah itu menceritakan perbuatan baiknya kepada orang lain untuk mengungkit-ungkit pemberian atau pertolongan yang telah ia lakukan untuk mendapatkan kedudukan atau martabat.
Baca Juga: Dibalik Karikatur Nabi Muhammad yang Memicu Banyak Kontroversi
Sum’ah terjadi kepada orang yang. ingin mendapatkan kedudukan atau pangkat atau jabatan. Mereka menceritakan amalan baiknya. Dan ini jarang diketahui atau dirasan oleh kita, sebab amalan buruk ini sangatlah halus bagaikan angin yang berhembus. Maka, orang yang seperti ini ia akan kehilangan amal-amal shalihnya.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ وَمَنْ يُرَاءِى يُرَاءِي اللَّهُ بِهِ
“Barangsiapa yang berlaku sum’ah, maka dia akan diperlakukan dengan sum’ah pula oleh Allah dan barangsiapa berlaku riya’, maka dia akan dibalas dengan riya’ “. (H.R Bukhari)
Maksud dari hadits ini yakni bahwa dia akan di buka aib-aibnya di akhirat.
Mengungkit-ungkit pemberian
Dalam memberi sesuatu, maka siapkanlah hati yang ikhlas, dan tak berharap tuk dibalas kembali. Seorang yang memberi menandakan bahwa dia dipandang orang yang dermawan, yang mulia di masyarakat. Dan orang yang memberi juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Sebab ia pedu
li dengan yang lain. Hartanya ia infakkan atau keluarkan kepada sesuatu yang lebih penting, lebih membutuhkan dan ber manfa’at.
Allah menyebutkan bahwa, seorang yang menginfak kan hartanya dijalan Allah atau sebab karena Allah, maka Allah akan berjanji dengan mengembalikan secepatnya dengan melipat gandakan apa yang telah dia infakkan atau keluarkan kepada yang lain.
Akan tetapi, pemberian semacam ini, akan menjadi cuma-cuma atau bisa dikatakan hangus tanpa pahala yang besar yang dijanjikan oleh Allah SWT. Sebab ia telah mengungkit-ungkit pemberiannya kepada orang lain.
Hal semacam ini ia lakukan agar ia mendapatkan pujian atau sanjungan dari orang lain dan orang lain akan mengikutinya. Perlu di ingat, sanjungan, pujian, perkara mengikuti, maka hendaklah kita mengikuti Allah dan Rasul-Nya serta para ulama’ yang ahli di bidangNya.
Maka sahabat mu’ad bin jabal رَضِيَ اللَّهُ pernah mengatakan; “orang yang ikhlas itu ibadat orang yang berjalan di gurun pasir dan tak terlihat sama sekali bekas jejak kakinya”. Pun Rasulullah SAW bersabda: Pada hari kiamat nanti ada tiga orang yang tidak akan diajak Allah berbicara; pertama orang yang musbil (mengulurkan kain sarung sampai bawah mata kaki untuk sombong), al manan (orang yang mengungkit-ungkit pemberian) dan orang yang bersumpah dengan sumpah palsu demi dagangnya laku”.
Durhaka kepada orang tua
Orang tua adalah orang yang telah melahirkan kita, membesarkan kita dan mendidik kita, sehingga kita tau mana yang baik, mana yang buruk mana yang mau di pilih dan mana yang mau di jauhi. Mereka adalah madrasah pertama kita untuk mengenal agama. Tanpa mereka, kita tak akan bisa sholat, ngaji, zakat, menyelesaikan masalah, dan lain-lain. Di tulang pungguh mereka tersimpan beban erat agar anak dapat terhindar dari adzab Allah, yakni siksa kubur dan neraka.
Kita dikandung oleh ibu kita dengan susah paya. Membawa kita ke sana, kemari yang mana ibu kita harus mengorbankan diri. Sembilan bulan dikandung dan keluarlah kita di dunia ini dengan harapan agar dapat menjadi anak yang baik, anak yang bisa menjadi jariyyahNya. Dengan kebaikan- kebaikan yang dilakukan oleh anak tadi.
Maka merupakan dosa besar juga kita berdurhaka kepada kedua orang tua kita. Kita enggan menerima panggilanNya. Enggan tuk dengar perintahNya. Atau membantahNya dengan perkataan kasar sehingga jatuh lah air mata keduaNya. Dan perbuatan semacam ini akan menyebabkan amalan kuta hangus bagaikan debu yang berterbangan. Maka lakukanlah perintah orang tua agar engkau esok tak menyesal.