Pohon nyamplung dan pohon kelapa memiliki persamaan yakni dapat tumbuh dengan baik di area pesisir pantai, semua bagian pohonnya bisa dimanfaatkan dan berbuah sepanjang tahun. Dengan panjang garis pantai Indonesia mencapai 99.093 km maka sangat potensial untuk mengembangkan kedua tanaman tersebut. Pohon nyamplung dengan minyaknya yang tidak bisa untuk pangan (non-edible oil) tetapi produktivitasnya hampir menyamai minyak sawit atau CPO maka sangat potensial untuk produksi biodiesel. Padahal pohon sawit adalah produsen minyak nabati terbanyak. Mengapa tidak produksi biodiesel dari jarak pagar ? Untuk lebih detail jawabannya dibaca disini. Sedangkan pohon kelapa yang sudah sangat terkenal sebagai tanaman multi-manfaat tentu sangat strategis dan potensial untuk dikembangkan, apalagi saat ini populasi pohon kelapa terus menurun akibat rendahnya peremajaan kembali (replanting) kebun-kebun kelapa tua. Tidak seperti pohon nyamplung semua hasilnya bukan produk pangan, produk olahan kelapa banyak berupa produk pangan. Kebutuhan produk pangan dari olahan kelapa terus meningkat seiring meningkatnya populasi jumlah penduduk. Issue pangan dan energi juga sekaligus bisa diatasi dengan kedua tanaman tersebut.
Produktivitas nyamplung sekitar 30 tahun sedangkan kelapa lebih lama yakni mencapai sekitar 80 tahun. Kayu pohon nyamplung memiliki nilai ekonomis tinggi demikian juga pohon kelapa. Ketika masa produktif kedua tanaman itu terus menghasilkan buah dan ketika produktivitasnya turun atau berhenti maka kayunya menjadi produk pamungkas yang bernilai ekonomis tinggi. Apabila dibandingkan dengan pohon sawit ketika usia produktivitasnya habis maka kayu atau batangnya pada umumnya masih menjadi masalah bahkan tidak sedikit yang hanya ditinggal begitu saja di kebun karena tidak ekonomis untuk diolah lanjut, lebih detail bisa dibaca disini. Sedangkan pada kayu-kayu kehutanan lainnya biasanya membutuhkan waktu puluhan tahun sebelum bisa dipanen dan tidak ada hasil lain selain kayu tersebut. Tentu saja hal ini cukup berat secara ekonomi bahkan kadang tidak layak.
Photo diambil dari sini |
Pohon nyamplung dan pohon kelapa juga mudah dan murah dalam perawatan, tidak seperti pohon sawit yang butuh air dan pupuk yang banyak. Keduanya juga mendukung agroforestry di pesisir pantai, selain juga sebagai wind breaker dari angin laut. Hal tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat di daerah pesisir, bahkan juga menjadi destinasi wisata. Lebih
jauh untuk sistem agroforestri salah satunya dapat dibedakan
berdasarkan fungsinya, yakni menjadi fungsi produksi dan fungsi
perlindungan. Fungsi produksi misalnya produksi pangan, pakan, bahan
bakar seperti biodiesel ini, serat, kayu dan lain-lain. Sedangkan fungsi
perlindungan seperti pencegahan dari kerusakan sumber daya lingkungan
dan sekaligus pemeliharaan sistem produksi seperti tanaman pagar,
penahan air, pencegah kebakaran, konservasi tanah dan air.