Hutan atau kebun akasia di Indonesia diperkirakan mencapai 2 juta hektar dan hampir semua hutan akasia tersebut untuk menyuplai pabrik pulp and paper. Setiap pabrik pulp and paper selalu memiliki hutan akasia dengan luasan ribuan hektar untuk memenuhi pabrik pulp and paper tersebut. Kayu akasia dengan diameter minimal 8 cm digunakan sebagai bahan baku tersebut, sedangkan yang memiliki diameter lebih kecil dari itu hanya sebagai limbah saja. Setelah pohon ditebang selanjutnya dilakukan penanaman baru (replanting). Apabila setiap satu hektar dihasilkan 20 ton limbah kayu akasia, maka dengan luasan 20.000 hektar sudah dihasilkan 400.000 ton limbah kayu akasia. Luasan 20.000 hektar perkebunan akasia bukanlah sesuatu yang terlalu besar, hal ini karena ada sejumlah pemegang konsesi HTI (hutan tanaman industri) yang luasnya mencapai ratusan ribu hektar, sehingga volume limbah kayu yang dihasilkan juga sangat besar. Limbah kayu tersebut sangat potensial untuk produksi wood pellet. Kebutuhan wood pellet juga semakin meningkat seiring program dekarbonisasi atau subtitusi bahan bakar fossil.
Produk-produk kayu berasal dari bagian-bagian pohon yang berbeda, setiap pohon memiliki potensi unik, tergantung sejumlah faktor diantaranya diameter dan kelurusan dari batang.Pada pohon akasia diameter batang adalah parameter utama. |
Untuk produksi wood pellet bisa menggunakan bahan baku dari limbah kayu maupun kayu-kayu yang seharga kayu limbah. Hal inilah mengapa kayu-kayu yang berharga atau memiliki ekonomi tinggi tidak cocok untuk produksi wood pellet (ditinjau dari aspek ekonomi). Pengguna wood pellet terutama untuk pembangkit listrik sehingga volume kebutuhannya besar. Kayu – kayu limbah seperti dari perkebunan akasia ini sangat potensial dan cocok untuk produksi wood pellet kapasitas besar tersebut. Selain Jepang dan Korea sebagai pasar wood pellet terbesar di Asia, saat ini Eropa juga semakin didorong untuk menggunakan wood pellet. Terjadinya perang Rusia – Ukraina adalah salah satu daya dorongnya. Ketergantungan bahan bakar fosil dari Rusia menjadi perhatian negara-negara Eropa khususnya sehingga dorogan untuk menggunakan energi terbarukan semakin besar. Biomasa khususnya wood pellet juga memiliki porsi besar dalam rencana penggunaan energi terbarukan di Eropa khususnya dalam RED (Renewable Energy Directive) II. Bahkan dalam kondisi perang saat ini kebutuhan wood pellet untuk pemanas ruangan juga semakin besar, walaupun untuk segmen ini terutama kayu bakar adalah bahan bakar utama mereka. Dengan terganggunya pasokan energi dari Rusia maka diprediksikan bahwa musim dingin kali ini akan menjadi musim dingin yang berat di Eropa.