Profil Pengusaha Faris Juniarso
Stigma melekat bahwa orang tatoan tidak berprestasi. Mereka yang biasanya cuma memilih kriminalitas. Dipatahkan oleh Faris Juniarso, dipatahkan sampai kecil- kecil, karena prestastinya menciptakan satu produk yang merambah pasar Malaysia, Singapura, bahkan Australia.
Bisnis inovasi
Ia mengenang bagaimana orang tua melarang. Apalagi orang tua Faris adalah pegawai kantor urusan agama. Sejak kelas 3 SMA dia mengaku sudah punya tato. Tentu waktu itu dia masih sembunyi- sembunyi dari orang tua. Ketika kuliah ikut teater, lalu dia kenalan sama seniman- seniman bertato dan jadilah dia.
Aneka pekerjaan diterima asal tetap menjadi diri sendiri. Tentu tidak banyak pilihan pekerjaan. Sebut saja dia pernah bekerja sebagai tukang sampah, pencuci piring, dan bartender. Karena tato hidupnya susah dan harus siap kerja apapun untuk makan saja.
Wirausaha pertama Faris ialah berjualan lekker. Semuanya bermodalkan sendiri, hasil jualan apapun yang ada di badan tanpa bantuan orang tua. Kemudian dia membuka bisnis semir sepatu berlanjut jasa buat mencuci sepatu bernama Andrrows.
Andrrows merupakan nama diambil dari sahabat Faris. Keduanya sepakat bekerja sama membangun satu bisnis. Sayang dia meninggal dunia ketika bisnis cuci sepatunya belum sukses. Namanya Andrrows adalah teman bermain sejak kuliah. Keduanya hobi sepatu bersama membuat cairan pembersih sepatu sendiri.
Dia menggunakan nama sang teman. Sebagai bentuk penghargaan, biar menjadi persembahan karena dia belum merasakan suksesnya sekarang. Bayangkan nama Andrrows sekarang dikenal di luar negeri semua berkat cairan pembersih racikan mereka.
Mereka pecinta sepatu, berdua kerap pergi bersama mengisi waktu luang untuk hunting sepatu. Mereka kemudian kepikiran membuat pembersih sepatu lewat obrolan santai. Ide mereka kemudian dicoba tetapi kegagalan selalu ada.
Kegagalan kunci sukses
Awalnya mereka ingin membuat alat pembersih sneaker. Namun, kelamaan, keduanya mengembangkan buat semua macam sepatu. Semua sepatu bisa dari kain, kulit, atau jenis pantofel. Termasuk buat sepatu cewek yang aneh- aneh bahannya.
Bisnis digeluti Faris sebenarnya adalah bisnis cuci sepatu. Tetapi nama produk pembersih Andrrows jadi lebih menonjol. Tidak apa- apa toh bisnis Faris sukses. Pasarnya luas sampai menerobos batas negara besar macam Australia -yang notabennya susah dimasuki pasarnya.
Merek Andrrows diluncurkan pertama kali 1 Mei 2014. Dimana total produksi baru beberapa botol saja. Dua tahun berselang produksinya perhari meningkat jadi 2.5000 botol per- hari. Awal, untuk uji coba, ia mendekati para kolektor sepatu dan hasilnya oke.
Inovasi digayangkan Faris agar beda dengan produk pencuci luar negeri. Bahannya dibuat alami yakni dari bahan virgin coconut oil dan aroma khas Andrrows. Kebetulan kotoran di Indonesia lebih banyak jadi kita sudah tau ketahanan Andrrows terjamin.
Dalam sebulan omzet sampai Rp.100 juta karena juga diekspor, dan mempekerjaan 19 orang pegawai buat produksi. Penjualan sampai ke Malaysia, Singapura, dan Australia. Untuk proses produksi masih ada di Semarang, packingnya dan distribusi ke Yogyakarta,
“Kami pertahankan produk lokal berkualitas internasional,” terangnya penuh semangat.
Ia belajar dari pembersih asal Amerika. Yang harganya Rp.300 ribuan, sudah mahal dan susah dicari, lalu dia mulai membuat produknya sendiri. Semua orang kan memakai sepatu mahal, anak SD saja sepatunya sudah mahal, tidak cuma buat orang kantoran jadi prospek bisnisnya bisa ke atas ataupun ke bawah.
Contoh Jason Markk -produk pembersih asal Amerika- bahannya coconut oil, jojoba oil, dan lainnya. Ya sayangnya memiliki kandungan bahan kimia. Maka Faris ingin produk bagus namun bebas bahan kimia. Ia bayangkan kalau alami beda lebih baik kenapa tidak.
Apalagi ya kotoran di Indonesia lebih ngeri candanya. Proses pencarian resep dari 2010 tetapi terus gagal, tahun 2013 akhirnya menemukan resep tepat, maka dilirik produk buatan mereka itu. Dari omzet Rp.40 juta sudah naik Rp.100 juta hingga membuat kantor cabang di Australia juga.
Inovasi kerja sama bisnis
Harganya Rp.150 ribu lebih murah dibanding produk impor. Dia juga membuat starter kit memudahkan buat pembeli berisi satu pembersih dan standar brush atau sikat seharga Rp.180 ribu. Sikat itu terbuat dari bulu sapi Australia. Cukup Rp.400 ribu itu saja sudah bisa membuat bisnis cuci sepatu sendiri loh.
Pemasaran produk semakin gencar. Teknik pemasaran termasuk mengajak kerja sama jasa layanan cuci sepatu. Mitra pertama mereka yakni Shoes & Care asal Yogyakarta. Ada 40 perusahaan bekerja sama dengan mereka, tersebar di Lampung, Aceh, Batam, Makassar, dan kota lainnya.
Bentuk kerja samanya perusahaan itu harus berjanji. Mereka tidak akan menggunakan bleaching ataupun pakai ditergen. Jadi 100% menggunakan produk mereka sudah. Jika kerja sama baik, kita sebagai mitra mau mengikuti SOP mereka, akan dapat potongan 15%- 20% selama memakai produk mereka.
Edukasi pasar terus dilakukan. Tetapi sekarang ini bahkan anak SMP sudah tau pentingnya merawat sepatu mereka. Bisnis cuci sepatu berkembang sejalan bisnis cairan pembersih Adrrows. Selebihnya tinggal dia melakukan promosi sosial media seperti Intagram dan Twitter @Andrrows.
Jaringan ke costumer didekatkan lewat layanan Line. Pokoknya cara marketing modern sudah dia lakukan sekarang. Hasilnya tidak mengecewakan. Target berikutnya menguasai seluruh pasar Asia. Inovasi coba dia kembangkan adalah produk pembersih sepatu berbentuk spray buat traveling.