Basarnas Manado mengevakuasi dua pendaki Klabat. Foto: Sulut24 |
Dewasa ini, pendakian memang
menjadi salah satu kegiatan yang banyak digandrungi. Banyak orang
berbondong-bondong mendaki seolah-olah pendakian adalah kegiatan aman tanpa
resiko seperti camping ceria di halaman rumah.
Padahal, justru pendakian adalah
kegiatan yang penuh dengan bahaya dan resiko. Penyakit ketinggian, hipotermia, cedera,
bahkan kematian. Resiko-resiko ini menjadi tak terlihat karena hanya keindahan
dan kesenangannya saja yang diingat.
Beberapa kali kita mendengar
kabar duka yang datang dari gunung. Kabar tersebut, hampir pasti terus datang setiap
tahun. Peristiwa baru demi peristiwa baru, kita dipaksa untuk mendengar kabar
buruk demi kabar buruk.
Sampai akhirnya pada suatu titik,
pendakian menjadi hal yang sangat mengerikan dan penuh hal tak terduga. Banyak
faktor yang menyebabkan kita sulit memastikan keadaan. Satu-satunya cara adalah
memperbanyak pengetahuan dan pengalaman.
Baca Juga: Sulitnya Beradaptasi Dengan Protokol Pendakian New Normal
Bahkan, terkadang beberapa
peristiwa justru sedikit janggal, menyisakan banyak sekali pertanyaan yang tak
terjawab. Pendakian bak diselimuti kain hitam, penuh hal tak terduga. Hingga
berujung pada praduga hal-hal ghaib. Sesuatu yang berada diluar kendali
manusia.
Berbagai kejadian dan
peristiwa tragis berujung maut
Dikutip dari Kompas, data yang
dihimpun oleh Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS) menunjukkan
adanya peningkatan signifikan kecelakaan pendakian dalam empat tahun terakhir.
Data tersebut dihimpun dalam kurun waktu 2015 sampai 2019. Fakta ini tentu
membuat kita miris.
Beberapa waktu lalu, kita
dikejutkan dengan kabar duka yang datang dari Gunung Lawu. Sena Angga
Adisanjaya (26), Menutup usia di Jalur pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu.
Survivor asal Wonoharjo tersebut, meninggal minggu dini hari 24 Agustus 2020
karena kelelahan dan kedinginan.
Kemudian yang pernah viral di
media sosial dan masih kita ingat namanya hingga saat ini, Thoriq Rizki
Maulidan . pendaki asal tersebut dinyatakan hilang sebelum akhirnya ditemukan
sudah meregang nyawa di Gunung Piramid pada 5 Juli 2020. Setelah jenazah di
autops, Bacah SMP tersebut ternyata meninggal karena kelelahan sehingga
terpeleset dan tersangkut di batang pohon.
Kabar duka juga datang dari
Sulawesi. Andi Muhammad Fitrah (15) Anggota Siswa Pencinta Alam (Sispala)
Kalpataru, Sekolah Menengah Atas 1, Makassar meninggal dunia di kaki Gunung
Kantisang. Siswa jurusan IPS tersebut, meninggal akibat kelelahan. Ia sempat
mengeluh sakit dan kelelahan sebelum akhirnya kejang-kejang dan menutup usia.
Ironisnya, masih banyak lagi
rentetan peristiwa sejenis yang tentu membuat dunia pendakian semakin menakutkan.
Peristiwa sama yang hampir pasti muncul setiap tahun. Peristiwa yang seharusnya
bisa dihindari dengan persiapan dan pengetahuan yang tepat.
Dari sini, kita bisa melihat
dengan jelas benang merahnya. Pendakian adalah kegiatan yang tak bisa dilakukan
sembarangan. Hampir semua peristiwa yang terjadi berawal dari memaksakan diri.
Padahal sejak awal, memaksakan diri memang tidak baik dan sangat berbahaya.
Dalam bidang apapun itu, apalagi pendakian.