Profil Pengusaha M. Ikhsan Ingratubun
Di umur 46 tahun sudah menjabat manajer. Namun M. Ikhsan Ingratubun memutuskan berbisnis kuliner khas Makassar. Rasa cinta akan cita rasa kuliner menjadikan bisnis. Ditambah kemampuan teruji manajerial maka tidak salah kalau bisnisnya bukan kuliner biasa. Usaha dijalankan Ikhsan adalah Raja Konro Daeng Naba.
Bisnis konro
Berbekal itulah keberuntungan menghinggapi. Ia merasa hati sudah dekat dengan kuliner. “Saya merasa selalu diberkati Tuhan dalam usaha kuliner ini,” ujarnya.
Sempat mengalami kegalauan mau berhenti kerja. Waktu itu soto konro miliknya menjadi sangat digemari. Begitu ramainya sampai dia kelupaan akan kerjaan. Keteteran, maka di tahun 2001, memutuskan buat lebih memilih menjalankan usaha kuliner. Padahal dia ditanggung jawabi jabatan mapan di Bakrie Telecom.
Keputusan tersebut pasti menimbulkan kontra. Apalagi dari pihak keluarga yang khawatir usaha dijalankan Ikhsan tidak mapan. Akan tetapi ia percaya akan konsisten berusaha. Memilih berbisnis maka dia sudah siap untuk konsisten dalam cita rasa, pelayanan, serta keramahan ke konsumen.
Jaminan pelanggan akan menerima makanan dalam waktu 10 menit. Bahkan Ikhsan memasang alat pengukur agar karyawan terukur soal penyajian. “Ini untuk semua menu, tidak boleh tidak,” tambah Ikhsan.
Mimpi pengusaha
Mimpi menjadi pengusaha diam- diam sudah ada. Dan Ikhsan sudah mendapatkan tujuannya lewat berbisnis kuliner. Ia pengusaha kuliner Makassar. Bayangkan sekarang menurut Kontan omzet dihasilkan Dang Naba sudah mencapai 2 miliar. Pantaslah dia begitu bersemangat memilih berbisnis kuliner bukan cuma bekerja.
Namanya mungkin kurang terdengar. Tetapi nama masakan kuliner kedai Raja Konro Daeng Naba pasti sudah tidak asing di telinga masyarakat Sulawesi Selatan. Apalagi semenjak berekspansi besar- besaran, Raja Konro Daeng Naba sudah menjajakan kaki di Jakarta.
Total 7 gerai tersebar di Ibu Kota dengan aneka varian konro. Menu andalan Ikhsan adalah konro atawa iga bakar. Memang usaha kuliner Ikhsan dikenal dengan aneka variasi konro, mulai konro cita rasa Thailand, lada hitam, konro saus pedas, konro peda korea, konro bakar original serta sop konro.
Varian menu termasuk masakan khas Makassar lain. Mulai dari masakan sop paleko, sop kaledo, mi titie, soto Makassar, serta aneka seafood. Menu semua disajikan dengan olahan bumbu khas Makassar. Dia pun bangga membranding usahanya menjadi satu- satunya yang menyajikan aneka konro berbagai varian rasa.
Diversifikasi masakan memang disengaja. Ikhsan memodifikasi masakan sedemikian rupa agar tidak jenuh di lidah. Ia memadukan kemampuan korporasi dan kewirausahaan. Ikhsan menegaskan meski sudah aneka varian tetap ke khasan Makassar tetap. “…mempertahankan ciri khas bumbu Makassar yang lezat,” ujarnya.
Tidak cuma lidah masyarakat Sulawesi Selatan. Semua orang akan menyukai masakan konro buatan Ikhsan. Konro miliknya disukai semua orang Indonesia. Apalagi konro sekarang dikenal sebagai masakan nasional. Ia bangga karena sudah memulai usaha. Semakin banyak pulang orang berkunjung ke kedai Daeng Naba.
Juru masak pun merupakan tenaga profesional. Rasa bumbu pedas mersap sempurna sampai ke tulangnya. Ia juga menjamin daging olahan sangat empuk. Tidak perlu repot kamu memotong daging dengan pisau. Ia juga memastikan harga tidak bikin kantong bolong. Satunya dibandrol antara Rp.25.000- Rp.50.000 per- porsi.
Karena harganya terjangkau jangkauan pasar luas. Dari kalangan biasa sampai pejabat pemerintah menyukai masakan Ikhsan. Kalangan bawah atau atas menyukai masakan Ikhsan. Untuk penggemar konro yang suka bergadang tenang. Ikhsan menawarkan konsep bisnis 24 jam mau ramai ataupun sepi tetap buka melayani.
Hadapi MEA
Sukses konro dia sudah ancang berbisnis sampai MEA. Brand usahanya diperkuat agar siap menghadapi masyarakat ASEAN. Ya salah satunya lewat menambahkan menu terbaru seperti nasi ngebul. Nasi berisi daging asap, daun jeruk, disajikan dengan iga bakar atau ayam bakar.
Sarjanan ekonomi Universitas Kosgoro tahun 2007 tersebut memang hebat. Untuk ekspansi dia ingin resep spesial buat olahan Makassar lain seperti sop saudara dan sop pallu basa. Berinovasi bukan soal mengejar keuntungan tetapi bagaimana tetap memuaskan pelanggan. Untung didapat sejalan kita memberikan kualitas terbaik.
Ada cara bagaimana mengukur kesuksesan sebuah menu. Pegawai akan diberikan tugas khusus ketika orang pertama kali memesan menu baru. Mereka akan ditugasi khusus mengamati pembeli tersebut. Kalau kedua kali orang tersebut memesan masakan sama, berarti masakan cocok dengan lidah konsumen.
Karyawan Ikhsan sudah 200 orang. Dia sendiri turun tangan memberikan pelatihan. Ikhsan ingin agar dapat terjalin hubungan yang baik dengan karyawan. “Ini membuat karyawan menjadi loyal,” Ikhsan menjelaskan. Ia meyakinkan mereka bahwa kunci sukses usaha kuliner adalah keramahan.
Tidak cuma datang dan makan mereka harus dilayani. Kermahan karyawan restoran menjadi titik pangkal perhatian Ikhsan.
Hak paten Raja Konro sudah siap. Menghadapai MEA memang dibutuhkan startegi. Masalah permodalan masih menjadi masalah klasik pengusaha. Tetapi Ikhsan optimis dengan pertumbuhan Raja Konro Daeng Naba. Suku bunga ringan masih diharapkan bahkan bagi pengusaha sekelas dia.
Optimisme akah ke khasan kuliner Indonesia bisa bertahan. Dia bahkan bertekat untuk meluaskan pasarnya sampai ke luar negeri. Konro sampai Amerika, siapa takut?