dimaksudkan meningkatkan pendapatan petani melalui pemeliharaan antara padi dan
ikan secara bersama di sawah. Mina padi selain meningkatkan pendapatan petani
melalui produksi ikan, juga dapat meningkatkan produksi padi. Peningkatan
produksi padi diakibatkan adanya proses penyuburan lahan karena keberadaan ikan
di sawah (terdapat percampuran akibat kotoran ikan, aerasi karena pengadukan
dasar sawah oleh ikan).
Mina padi sangat baik untuk dikembangkan di lahan sawah yang sistem perairannya
teknis, karena ketersediaan airnya lebih terjamin sepanjang tahun. Lahan
tersebut sangat luas di Indonesia. Pembukaan lahan sawah di luar Jawa juga
sudah dikembangkan.Penurunan pendapatan petani pada terjadi pada dekade akhir
ini, karena peningkatan biaya produksi (saprodi), rendahnya harga gabah dan
masuknya beras import yang memiliki harga lebih murah.
Pengembangan mina padi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan
petani. Kesejahteraan mereka juga akan meningkat karena ketersediaan protein
yang cukup melalui konsumsi ikan. Teknologi mina padi walaupun menggunakan
sebagian lahan padi untuk pemeliharaan ikan, namun tidak mengurangi produksi
padi bahkan cenderung meningkatkan produksi padi.
- Tidak
semua areal persawahan dapat digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan
pada lahan yang cocok untuk usaha mina padi berupa sawah yang berair
sepanjang tahun. Setidaknya, daerah yang akan digunakan untuk usaha mina
padi memiliki 5 bulan hujan. - Selain
faktor ketersediaan air, sawah yang digunakan juga harus memenuhi
persyaratan antara lain: - Memiliki sistem pengaturan air yang dapat diandalkan,
sehingga air mudah dikendalikan. - Lokasi bebas dan banjir dan longsor.
- Tanah yang dipilih sebaiknya yang mengandung lumpur
dan liat sehingga kehilangan air karena perembesan dapat dicegah. - Tanah yang dipilih sebaiknya kurang mendapat gangguan
hama ikan seperti burung, ular dan musang air. - Kemiringan tanah relatif rendah.
- Petakan sawah tidak terlalu sempit, ukuran petakan
sawah yang ideal adalah 500 ̶ 1000 m2. - Untuk memudahkan pengangkutan dan pemasaran sebaiknya
dipilih areal yang dekat dengan jalan raya. - Agar pengontrolan dapat dilakukan dengan mudah
sebaiknya dipilih lahan yang dekat dengan pemukimannya.
pematang
- Hal
ini dilakukan untuk memudahkan pengaturan dan pengendalian air, sehingga
tidak akan terjadi kekurangan air atau banjir. Pematang harus kokoh dan
kuat menahan air serta cukup tinggi sehingga menampung air cukup banyak. - Bagian
dasar pematang sebaiknya tidak kurang dari 40 cm (ukuran ideal 40 ̶ 50
cm), sedangkan bagian atasnya 25 ̶ 30 cm. Tinggi pematang tergantung
permukaan air.
- Pintu
pemasukan dan pengeluaran air diperlukan untuk menjaga sirkulasi air di
areal persawahan. Setiap petakan harus memiliki pipa pemasukan dan pipa
pengeluaran air terpisah yang diletakkan pada tempat yang berlawanan. - Letak
pintu/pipa pemasukan dan pengeluaran air dan paritnya harus sesuai satu
sama lain, agar aliran air lebih mudah. Aliran air yang terus menerus
sepanjang hari sangat diperlukan agar suhu air lebih terjaga. - Pintu
pemasukan air biasanya dibuat hanya satu, tetapi tidak jarang lebih dari
satu bila debit air yang diinginkan lebih tinggi. Sedangkan untuk pintu
pengeluaran air limpasan atau kelebihan air pada waktu musim hujan, untuk
mempertahankan tinggi yang diinginkan, pintu pengeluaran yang lain
sebaiknya ukurannya lebih besar yang terletak pada dasar pematang untuk
pengeringan petakan secara total waktu panen - Bahan
yang sering digunakan untuk membuat pintu air biasanya adalah bambu.
Selain harganya murah, bambu juga mudah didapat. Jika tidak ada bambu
dapat digunakan pipa pralon. Diameter bambu maupun pia pralon disesuaikan
dengan debit air yang diinginkan.
- Setelah
padi dipanen, jerami dibabat dan ditumpuk ditengah-tengah petakan sawah
atau disimpan dipinggir petakan. - Agar
cepat membusuk, jerami dibenamkan ke dalam lumpur pada waktu pengolahan
tanah. Dari jerami ini, diharapkan akan banyak tumbuh organisme kecil yang
dapat menjadi makan ikan.
- Setiap
petakan harus memiliki parit yang merupakan bagian lebih dalam pada satu
petakan yang berfungsi : Memberikan perlindungan pada ikan dan gangguan
serangan hama seperti burung, ular, kucing dan musang air, Memberi
perlindungan bila air diawali surut, Memberi keleluasaan bergerak bagi
ikan, Memudahkan petani saat pemberian pupuk atau insektisida dan
Memindahkan panen. - Bentuk
dan ukuran pari bervariasi, tergantung keadaan tempat dan kondisi.
Berbagai bentuk parit diantaranya parit keliling, parit tengah, parit
silang/diagonal, atau kombinasi dari ketiganya. Bentuk parit juga
tergantung dari bentuk dan ukuran petakan atau ada tidaknya pemberian
makanan tambahan. - Bentuk
parit keliling, silang atau kombinasinya merupakan bentuk yang cocok
apabila kita memelihara ikan dengan makanan tambahan. Sedangkan parit
tengah adalah yang paling cocok bila kita tidak melakukan pemberian
makanan. Luas parit untuk sistem mina padi berkisar 2 ̶ 4 % dari luas
areal persawahan. Bila melebihi ukuran itu, maka efisiensi penggunaan
lahan akan berkurang. Pada umumnya parit dibuat dengan ukuran lebar 40 –
45 cm dan kedalaman 25 ̶ 30 cm. Namun ada yang berukuran lebar 50 ̶ 100 cm
dan kedalam 40 — 50 cm.
- Sebelum
penanaman padi, sawah harus disiapkan sesuai kebutuhan untuk penanaman
padi dan pemeliharaan ikan. Sawah harus dibajak, digaru lalu diratakan dan
rumput-rumput serta air disingkirkan. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk
menyediakan media yang baik bagi pertumbuhan padi maupun organisme
lainnya. - Pengolahan
tanah dikatakan sempurna bila perbandingan antara lumpur dan air 1 : 1
dicirikan dengan tidak menempelnya tanah bila sebuah logam anti karat atau
ballpoint dicelupkan ke dalam lumpur lalu diangkat. Parit tengah disiapkan
3 han sebelum penanaman padi. Tanah galiannya diletakkan di atas pematang
atau disebarkan merata keseluruh permukaan petakan. - Setelah
pembuatan parit tengah, petakan diisi air setinggi 5 cm. Penggunaan
herbisida dilakukan 2- ̶ 3 hari sebelum tanam. Sebelum tanam petakan harus
dikeringkan. Pemupukan awal berupa urea dan TSP dicampur dengan curater 3
gr atau furadan 3 gr dpsos 17-34 kg/ha disebar merata sehari sebelum atau
pada waktu tanam.
- Pada
sistem mina padi, tanaman padi merupakan tanaman pokok. Sehingga dalam
pemeliharaannya tidak mengakibatkan mundurnya produk padi. Padi yang akan
ditanam sebaiknya dipilih yang cocok dengan lahan mina padi. - Kriteria
varietas padi yang baik adalah Perakarannya dalam, Cepat beranak, Batang
kuat dan tidak mudah retak, Ketinggian tanaman sedang, Tahan genangan pada
awal pertumbuhan, Daun tegak, Tahan hama dan penyakit dan Produksi tinggi.
- Berdasarkan
sifat-sifat yang dikehendaki tersebut maka tanaman padi yang dianjurkan
untuk sistem mina padi antara lain IR, 42, 46, 52, 64, 54, Ciliwung,
Dodokan dan Cisadane.
- Ikan
yang cocok untuk sistem mina padi adalah ikan mas dan ikan tawes karena
bersifat mampu hidup dengan baik pada air dangkal, tahan panas,
pertumbuhan cepat dan tidak mengganggu tanaman padi. - Agar
dapat hasil yang tinggi, ikan yang ditebarkan sebaiknya memenuhi
syarat-syarat : Warna tidak mencolok, Tahan hidup di air dangkal dan
panas, dan Disukai oleh masyarakat dan mempunyai harga jual memuaskan.
pada ketersediaan lahan, ukuran benih, ukuran ikan saat panen, serta adaptasi
ikan terhadap lingkungan.
- Penebaran
benih ikan dilakukan 7-10 hari setelah penanaman padi. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi resiko keracunan akibat penggunaan obat-obatan atau pupuk
saat pengolahan lahan. Selain itu agar tanaman padi lebih kuat lebih dulu.
Namun penebaran padi dapat diundur 10 ̶ 14 hari untuk memberikan
kesempatan padi tumbuh. - Ketinggian
air pada waktu penebaran benih tergantung pada ikan yang akan ditebar.
Permukaan air yang terlalu tinggi akan mempengaruhi pertumbuhan padi jadi
ketinggian permukaan air yang umum dilakukan adalah 4 ̶ 6 cm. Penebaran
benih ikan sebaiknya dilakukan pada sore hari karena suhu pada waktu itu
rendah dan dilakukan di sekitar pintu pemasukan air. - Penebaran
benih ikan yang cukup aman adalah dengan cara Kantong plastik yang berisi
benih dimasukkan ke dalam area persawahan yang akan ditanami, Kantong
plastik dibiarkan terapung beberapa saat, sampai suhu air di dalam kantong
sama, Ikatan kantong dibuka dan Benih dilepaskan ke sawah secara
perlahan-lahan dengan cara menenggelamkan bagian kantong plastik yang
terbuka.
- Campuran
dedak halus dengan pakan ayam pemula tipe A dalam perbandingan 1 : 1. - Campuran
dedak halus dengan tepung bungkil kelapa dalam perbandingan 70 : 30. - Campuran
dedak halus, tepung bungkil kelapa dan tepung dengan perbandingan 72 : 20
: 8. - Pakan
yang biasa digunakan adalah dedak halus, ampas tahu, ampas kelapa, kotoran
ayam, pupuk hijau, atau sisa makanan (dapur). - Takaran
dari pakan tambahan ini sebaiknya berkisar 4 ̶ 5% dari total berat ikan.
Misal untuk ukuran ikan 20 ̶ 25 gr/ekor, maka pakannya adalah 3-3,5
kg/hari per 1000m2.
Jenis Ikan
Jenis ikan
|
Pakan Tambahan
|
Ikan Mas
|
Dedak halus, bungkil, beras menir,
potongan-potongan ikan, sisa-sisa dapur, pakan buatan |
Ikan Tawes
|
Daun-daunan, dedak halus, bungkil,
sisa-sisa dapur |
Ikan Tambakan
|
Dedak, bungkil kelapa, bungkil
kacang, daun tales, potongan-potongan dapur, pellet |
Ikan Mujair
|
Ampas tahu, ampas kelapa, bungkil
kelapa, dedak, potongan ikan, sisa-sisa dapur, pellet |
Ikan Nilem
|
Daun-daunan, bungkil, sisa-sisa
dapur |
Ikan Sepat siam
|
Dedak, bungkil, pellet
|
- Pengeringan
petakan perlu dilakukan sedikit demi sedikit. Pipa pengeluaran harus
dilengkapi saringan untuk menghindari hilangnya ikan selama panen. Untuk
menghindari stress pada ikan ketika panen, ikan yang terkumpul harus
segera ditempatkan pada hapa (misalnya berukuran 40 x 75 x 15 cm3)
yang ditempatkan pada air mengalir. Wadah lain berupa keranjang dengan penyekat
untuk mencegah kerusakan ikan juga digunakan dalam panen. - Waktu
penangkapan kedua, petakan harus dikeringkan 2 kali untuk mendapatkan
jumlah hasil tangkapan sebanyak-banyaknya dengan cara mengairi kembali
petakan setelah pengumpulan hasil tangkapan pertama selesai. Pengalaman di
lapangan menunjukan bahwa 5 ̶ 10 % ikan masih tertinggal bila pengeringan
hanya dilakukan secara tergesa-gesa.







Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021)
3522560 Jakarta