Profil Pengusaha Natalie Hampton
Terkadang seorang anak membutuhkan tempat sendiri. Adapula anak yang memang lebih suka menyindiri. Namun jangan biarkan mereka sendiri tanpa teman. Pengalaman menjadi sosok dibully pernah dirasakan oleh Natalie Hampton. Hanya karena dia berbeda bukan berarti malah dijauhi menjadikan semakin sendiri.
Dia masih ingat karena suka menyendiri. Dia diperlakukan berbeda. Dianggap membedakan diri atau juga dianggap sombong. “Saya diberi tau oleh seorang teman sekelas bahwa saya begitu jelek,” sangat lah menakutkan dan semua orang terasa membenci mu.
Makan bersama
Dia kemudian membentuk sebuah tim proyek. Mereka menciptakan aplikasi pribadi. Dimana orang- orang di sekitar akan menyadari keberadaan mereka tanpa mempermalukan mereka. Anak yang duduk sendirian akan tau kalau ada meja kosong tanpa harus meminta tetapi malah diajak lewat layar smartphone.
Dalam seminggu aplikasi buatannya didownload 10.000. Yang mana semakin besar, dan sungguh sangatlah mengejutkan karena sekedar proyek kecil- kecilan sederhana. Jika sebelumnya dia pikir akan hanya masuk ke sekolahnya. Eh, ternyata, malah mengglobal lebih banyak dan umum dipakai pengguna smartphone.
Ada orang dari Maroko, Australia, Inggris, Prancis, yah tidak terbatas di Amerika saja. Ternyata niat baik Natelie tersampaikan.Masalah Natalie memang bukan masalah pribadi. Umum, dibanyak tempat anak- anak terkadang malah duduk sendirian ketika istirahat makan siang atau sekedar jajan.
Aplikasi yang dibuatnya memang bersifat umum buat siapapun. Dia bukan satu- satunya yang merasa sendirian di dunia sekolah menengah. Dan sampai sekarang, Natalie juga masih merasakan hal tersebut loh, tetapi dengan kadar berbeda.
Karena Natalie punya pandangan optimis. Tetapi sekali lagi, tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama sepertinya. Diantara perasaan sendiri Natalie menyadari bahwa di sekolah juga ada anak baik kok. Mereka yang peduli sesamanya dan dipermudah mencarinya lewat aplikasi tersebut.
“Saya baru menyadari berapa banyak orang yang peduli dan membantu setiap harinya di komunitas sekolah sampai saya membuat ini,” jelasnya.
Perasaan takut ditolak anak- anak seperti Natalie akan selesai. Karena begitu mereka melihat layar akan terlihat meja mana yang kosong. Dan teman kamu akan memberikan tulisan ajakan, menguatkan untuk tak ragu datang dan duduk bersama. “Jadi tidak ada lagi rasa malu. Tidak ada isolasi. Itu akan jadi lebih mudah.”
Meskipun begitu bentuk bully lainnya mengkhawatirkan. Bentuk cyber bullying menjadi masalah Natalie perhatikan akhir- akhir ini. Inilah cara dia menciptakan sosial media yang bersih. Melalui membuat app sendiri untuk menolong anak- anak introvert. Pertumbuhan aplikasi Natalie bagus didukung oleh banyak orang.
Lewat aplikasi tersebut dia punya teman, temannya akan mengajak teman lain di sekolah, Natalie juga dibantu keluarga yang membantu aplikasinya masuk ke sekolah lain. Senang karena tidak ada penolakan dari setiap sekolahan mereka masuki. Harapan Natalie adalah membantu orang lain, meskipun hanya satu.