Profil Pengusaha Hijrah Purnama Putra

Dia memang peduli akan lingkungan. Dari pendidikan saja, putra asli Aceh ini, lebih memilih jurusan Teknik Lingkungan. Kepeduliannya pun tidak terbatas akan ras ataupun lingkungan. Hijrah Purnama Putra memilih untuk merealisasikan kepedulian justru di Yogyakarta.
Sampah jadi jualan
Bukan bisnis biasa
Putra menyebut sudah ada 90 jenis produk berbeda. Butik daur ulang didirikan di Jalan Sukoharjo No 132 daerah Condongcatur, Sleman, Yogyakarta.
Tidak berhenti di produk lama, Putra terus berkreasi termasuk salah satunya produk tas lipat. Masyarakat sendiri meminati produk macam dompet, tas, dan map. Untuk harga jualnya relatif murah mulai Rp.6.000- Rp.275.000. Proses pembuatan terbilang cukup memakan waktu, tetapi mudah dipraktikan.
Pertama kali, Putra mengumpulkan sampah bungkus makanan atau minuman. Lantas dia berhitung berapa jumlah sampah terkumpul. Kemudian masuk tahap pencucian, dikeringkan, dan disortir kembali. Proses itu selesai sampah plastik akan masuk gudang dulu.
Kemudian sampah plastik tersebut dijahit, dibentuk, dan masuk ke tahap pengontorolan kualitas. Semua itu menjadi tahapan wajib sebelum barang siap dibentuk.
Sayangnya, masih banyak orang ragu untuk memakai produk karya Putra. Selain karena faktor kebersihan juga faktor malu menjadi kendala. Mereka malu kalau harus menjinjing tas hasil daur ulang sampah. Padahal Putra meyakinkan tahap desain sudah dibentuk sedemikian rupa.
Keawetan juga terjaga karena sistem quality control diterapkan. Putra sendiri masih memiliki banyak mimpi yang belum dicapai dari bisnisnya. Yakni bagaimana agar masyarakat yang menabung di bank sampah juga memakai produknya. Harus tidak ada keraguan memakai produk daur ulang sampah.
Untuk bank sampahnya, dia sedang menyiapkan sistem cek saldo lewat SMS. Bank sampah besutanya juga diharapkan mampu mengurangi sampah di Yogyakarta pada umumnya. “Kami dapat mengurangi jumlah sampah per hari di Yogyakarta mencapai 16,90%,” tuturnya.
Selain dijual melalui butik, Putra juga menjual melalui berbagai pameran kewirausahaan Expo Wirausaha Muda Mandiri contohnya. Sambutan pengunjung expo juga baik tertarik akan kreasi Putra. Memang Putra tidak sekedar mendaur ulang tetapi terus berkreasi. Banyak tidak menyangka kalau produk tersebut dari limbah.
Sekilah memang tidak terlihat seperti sampah. Konsep selalu kreatif serta mengikuti mode membuat butik sampah berasa benar- benar butik. Kreasinya unik dan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan daur ulang serampangan.
Bersama kawan Dosen UII ini hobi mengumpulkan bungkus mie instan. Terutama ketika mereka nongkrong di warung burjo. Sejak 2005 bersama kawan teknik UII menyambangi warung- warung mie instan yang buka 24 jam. Sebagai anak kos hobi mereka memang nongkrong dan menikmati malam di Yogyakarta.
Sejak 2009 mereka merubah bungkus plastik menjadi tas seminar. Pertama terjual 25 seminar kit dipesan oleh mahasiswa UGM. Tumbuh semakin banyak, Putra bersama kawan mulai rajin menyambangi warung ke warung. Di tahun 2012 barulah ide tentang toko khusus didirikan bersama penjualan yang terus meningkat.
Perbulan 300 bungkus sampah plastik bekas makanan dan minuman terkumpul. Berkat bank sampah yang dia gagas maka TPA Piyungan kehilangan sekitar satu ton sampah. Usahanya diharapkan semakin maju dan siap ekspansi membangun cabang di berbagai daerah.
Meski berstatus dosen sekarang, Putra mengaku bisnis sosialnya tidak mengganggu, karena dia dibantu oleh banyak orang. Banyak orang termasuk mahasiswanya mendukung Putra. “…tidak hanya memberikan teori tetapi mampu menujukan praktik,” tutup Putra.



