Profil Pengusaha Michelle Surjaputra

Restoran cepat saji bernama BonChon, dan Michelle lah wanita dibalik restoran cepat saji khas Korea yang mulai masuk 2012 ini.
Modal Nekat
Hampir seluruh keluarganya tinggal dan berkarya di Amerika, termasuk dirinya dulu. Mulai dari sekolah, lalu menempuh pendidikan sekolah tinggi dan akhirnya bekerja di sana, membuatnya total 16 tahun tinggal di negeri Paman Sam tersebut.
Menurut perempuan yang gemar olah raga ini, ia telah mendapatkan pekerjaan sesuai keinginannya disana tapi tidak ia tidak menemukan tantangan di pekerjaanya saat itu di Amerika.
Di Indonesia ia menyadari keinginan terdalamnya adalah menjadi pengusaha seperti sang ayah, Michelle lalu melakukan beberapa riset mengenai perilaku konsumen di Indonesia. Hasilnya, orang Indonesia ternyata suka makan ayam, dan saat ini sesuatu yang berbau Korea sedang digemari.
“Orang Indonesia mereka suka ayam. Fried chicken dan nasi. Di Indonesia
juga sedang tren serba Korea. Aku juga sadar bahwa mereka juga ingin
semakin sehat, jadi itu pas banget,” ucapnya.
makan BonChon berapa kali dalam sebulan. Jadi, kenapa tidak membawa
BonChon ke Indonesia?” ungkap Michelle bersemangat, mengenang awal- awal berbincang dengan
wolipop di kawasan Kemang, Jakarta Selatan belum lama ini.
Perempuan yang berhasil menempati juara 1 turnamen triathlon internasional di Bintan ini mengaku bahwa kepulangannya ke Indonesia sebenarnya adalah proses “coba-coba” saja. “Karena satu hal, saya akhirnya kembali ke Indonesia.
Dia berkeliling mal dan tempat hiburan di Jakarta. Ketika itu ia juga sering main ke mall karena satu lain hal. Waktu di Indonesia, neneknya yang sakit membuatnya mau tak mau berkunjung ke mall dekat tempat neneknya dirawat.
Ia berencana memboyong franchise BonChon, menjadi pemegang merek dagangnya di Indonesia.
“Saya mengajukan ide kepada ayah dan ayah mendukung untuk mewujudkan ide tersebut. Business plan saya kerjakan sendiri, conference call, dan beberapa perjuangan lainnya saya lakukan hingga akhirnya gerai pertama Bonchon hadir di Indonesia pada tahun 2012 awal,” kenang Michelle.
Meski merek satu ini cukup terkenal di negara asalnya Korea, ia tak bisa serta merta memboyong franchise ini. Saat itu wanita kelahiran 1988 ini harus bersaing ketat dengan lima calon kandidat kuat pemegang merek dagang. Dia tak gentar.
Dibalik kesuksesannya ia mengaku sang ayah adalah contoh baginya menjadi pengusaha. Beliau baginya ialah sosok pantang menyerah memulai bisnis dari nol.
Namun, mimpi ekspansi ini tidak mungkin dilakukan sendiri, karena memerlukan modal yang besar, dan ditambah keterbatasan waktu dalam melakukan managemen kontrol ke seluruh cabang.
“Sejauh ini kami telah menerima sekitar 200 aplikasi waralaba dari beberapa daerah seperti dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Makassar dan Medan,” imbuh kelahiran Jakarta, 15 November 1988 ini.
Kendati calon investor antusias, tahun 2014 ini, Michelle cuma akan mematok target jumlah franchisee 5-10 waralaba. Seleksi ketat dilakukan demi menjaga standar kualitas produk, layanan dan memberi keuntungan besar bagi investor.
Bagi calon investor yang ingin berinvestasi di bisnis F&B, tapi tidak dapat terlibat langsung dalam jalannya operasional, MIFI menawarkan peluang kerja sama dalam bentuk management fee.
Untuk itu, dituntut kualitas yang baik, sehingga BonChon komit pada kesegaran bahan makanan, termasuk dapur. “Di sini ayamnya tidak ada proses pembekuan, tak menggunakan bahan kimia dalam bumbu ayam,” dia menjelaskan.
Untuk pasokan bahan baku ayam, BonChon mengandalkan mitra-mitra suplier di sekitar lokasi outlet. Saat ini sudah memiliki empat suplier ayam dari Bandung dan menjajaki kerja sama dengan suplier di kota lain.