Biografi Pengusaha Elang Gumilang
Menjadi Pengusaha
“Butuh proses dan kesabaran untuk mendapatkan semua ini, tidak ada sesuatu yang bisa dicapai secara instan,” tegasnya.
Setiap hari ia mengambil 10 boks donat masing- masing berisi 12 buah dari pabrik donat. Elang kemudian jajakan ke Sekolah Dasar di Bogor. Ternyata lumayan juga hasilnya. Dari hasil jualannya ini, setiap hari Elang bisa meraup keuntungan sekitar Rp.50 ribu.
“Karena sudah dekat UAN, orang tua menyuruh saya untuk berhenti berjualan donat. Mereka khawatir kalau kegiatan saya ini mengganggu ujian akhir,” jelas pria yang pernah menang lomba bahasa sunda tahun 2000 se- kabupaten Bogor ini.
Dilarang berjualan donat. Elang justru tertantang untuk mencari uang dengan cara lain yang tidak mengganggu sekolahnya. Suatu ketika di tahun 2003, ketika Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB mengadakan lomba Java Economic Competion se-Jawa, Elang mengikuti lomba tersebut dan menang.
Selepas lulus SMA, Elang memutuskan melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi IPB. Dia masuk tanpa mengikuti tes SPMB sesebagaimana calon mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi negeri. Itu semuanya berkat pengalaman mengikuti lomba- lomba tersebut diatas, terutama yang diselenggarakan oleh IPB sendiri.
Meski sekarang modalnya hanya 1 juta, Elang mengaku tetap semangat untuk berusaha. Uang modal 1 juta tersebut dibelikannya sepatu lalu dijual di Asrama Mahasiswa ITB. Uang Rp.1 juta, dalam tempo satu bulan, telah berubah menjadi Rp.3 jutaan.
Bisnis Elang
Setelah tidak lagi berbisnis sepatu, dia justru kebingungan mencari bisnis apalagi. Pada awalnya, dengan sisa modal uang bisnis sepatu, rencanaya akan digunakan untuk bisnis ayam potong. Tapi, ketika akan terjun ke bisnis ayam potong, Elang justru melihat peluang bisnis pengadaan lampu di kampusnya.
Dia bermodal cuma satu stempel dan tanda tangan. Pemuda tersebut lantas pulang dan mengumpulkan hasil tembakau di kampungnya untuk di jual ke si pengusaha kaya raya itu. Maka, jadilah pemuda itu orang kaya raya tanpa modal uang.
Karena bisnis lampu bersifat musiman jadilah perputaran uang tidak teratur. Suatu ketika ada celah di bisnis minyak goreng, caranya: setiap pagi sebelum kuliah, Elang akan membersihkan puluhan jerigen, kemudian diisi minyak goreng curah, dan dikirim ke warung-warung Pasar Anyar, serta Cimanggu, Bogor.
Salah satu bisnis yang disarankan ialah membuka bisnis lembaga bahasa Inggris. Bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi tentunya, bisnis lembaga bahasa Inggris sangat lah diperlukan.
Sebenarnya ia bisa membiayai usaha itu sendiri, tetapi karena pegalaman saat jualan minyak, ia memutuskan untuk mengajak teman- temannya. Karena lembaga kursusnyanya ditangani secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan luar negeri; pihak Fakultas Ekonomi mempercayakan lembaganya itu menjadi mitra.
“Saya di marketing tidak mendapat gaji bulanan, saya hanya mendapatkan komisi setiap mendapat konsumen,” ujarnya. Setelah berbisnis lembaga asing, Elang masih mencari- cari bisnis apa lagi yang bisa dijalankan dengan otak bukan otot.
Bisnis Perumahan rakyat
Ada ketidak tenangan dalam langkah seorang Elang Gumilang atas bisnis- bisnisnya. Padahal jika dilihat ia telah berusaha maksimal tapi hasilnya selalu kegagalan demi kegagalan. Sesuatu dirasakan salah hingga hati membawanya kembali kepada Tuhan, Allah SWT.
Mau bisnis apalagi? Elang mulai shalat istikharah minta ditunjukkan jalan bisnisnya. “Setelah shalat istikharah, dalam tidur saya bermimpi melihat sebuah bangunan yang sangat megah dan indah di Manhattan City, lalu saya bertanya kepada orang, siapa sih yang membuat bangunan megah ini?
Pengalaman di dunia marketing cukup membantunya terutama menjadi marketing perumahan. Inilah jalannya masuk ke dunia properti. Awal tahun 2005, ia masih menjadi mahasiswa IPB, dibelilah sepetak tanah untuk rumah pertamanya.
Terbukti orang hanya perlu rumah murah seharga 25 jutaan, harga yang bagi sebagian kalangan menengah keatas tak akan cukup untuk membeli sebuah tas bermerk namun sangat dibutuhkan oleh kalangan bawah.
Dari cuma satu unit bertambah menjadi tiga unit, bertambah terus hingga mencapai 200 an rumah dibangunnya. Elang pun mulai percaya diri, mengikuti berbagai tender untuk membangun properti pemerintah.
Prinsip bisnisnya menarik jika kebanyakan kontraktor memilih perumahan mewah , tidak untuk seorang Elang Gumilang. Prinsipnya di Indonesia ada 70 juta rakyat yang masih belum memiliki rumah. Apalagi rumah juga merupakan kebutuhan yang sangat primer.
Bagi Elang sendiri, kalau mau kenal orang maka kenalilah 10 orang terkaya di Indonesia dan juga kenal 10 orang termiskin di Indonesia. Mengenal keduanya akan membuat anda rela melakukan sesuatu untuk mereka yang miskin.
Biodata
Nama : Elang Gumilang
Kelahiran : Bogor, 06 April 1985
Pendidikan : S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
Jabatan : CEO Elang Group
Website: elanggroup.co.id
Penghargaan :
1. Pemenang I Wirausaha Muda Mandiri (2007)
2. Top Youth Entrepreneur versi Warta Ekonomi ( 2008)
3. Man of the Year 2008 versi Group Jawa Pos
4. Pemuda Pilihan 2008 Versi TV One
5. Juara Lelaki Sejati Pengobar Inpirasi 2009 versi Bentoel
6. Tokoh Pilihan Majalah Tempo (2009)
7 Penghargaan Ernst & Young Indonesian Entrepreneur Of The Year 2010
8. Pemuda Andalan Nusantara (2010)
Kiat Sukses :
1. Memilih usaha yang kita kuasai terlebih dulu.
2. Niat pelayanan. Setelah kita memberikan pelayanan yang baik, profit nantinya akan mengikuti.
3. Berusaha dengan baik. Usaha yang dilakukan harus benar, baik dari cara strategi pemasarannya, promosi, menjalankan usaha dan sebagainya.
4. Antara niat dan usaha harus jalan beriringan.
Dari bisnis donat sampai real estate
Jiwa kewirausahaan sulung dari tiga bersaudara pasangan H. Misbach dan Hj. Priyanti ini, tidak didapat secara instan tapi merupakan buah dari pergulatan hidupnya, berikut garis besar perjalanan bisnisnya:
1. Saat bersekolah di SMAN 1 Bogor, setiap hari berkeliling menjual 10 boks donat (satu boks isi 12 donat) ke beberapa SD. Keuntungannya Rp 50.000./hari
2. Tahun 2003 menang kompetisi ekonomi di IPB dan UI. Sambil kuliah berjualan sepatu ke asrama-asrama mahasiswa IPB. Omzet Rp 3 juta/bulan. Namun usaha itu tidak berlangsung lama. Kualitas sepatu yang dijualnya menurun, mengakibatkan pesanan merosot.
3. Bermodal surat dari kampus, mengajukan proposal ke Philips untuk menyuplai lampu ke kampusnya. Setiap penjualan lampu, Elang untung Rp 15 juta. Namun karena sifatnya insidental dan perputaran uangnya lambat, ia tidak meneruskan usaha ini.
4. Berikutnya mencoba berjualan minyak goreng. Namun lantaran kecapean setiap pagi harus mengantar minyak goreng ke warung-warung, kuliahnya terganggu.
5. Merintis usaha kursus bahasa Inggris English Avenue, di kampusnya dengan modal Rp 21 juta hasil patungan bersama teman-temannya. Ia tidak turun langsung, hanya mengawasi saja.
6. Bekerja sebagai sales marketing perumahan dengan sistem komisi dari setiap rumah yang terjual. Pengalaman sebagai marketing perumahan inilah yang mengantarnya menjadi pengusaha sukses di bidang properti seperti sekarang ini.