Daftar Pengusaha Produk Kulit Ikan

Daftar berikut dikumpulkan dari berbagai sumber berita. Mereka adalah pengusaha sukses mengambil ceruk bisnis. Majunya industri kreatif Indonesia merangsang orang lebih kreatif. Beberapa pengusaha “kebetulan” mengambil satu konsep sama, kulit ikan. Mereka juga mengolahnya menjadi jenis produk yang sama, produk fashion.
Tidak banyak diketahui tentang sosoknya. Tetapi ia mengusung brand Pineapple Shoes. Ia mengelola aneka kulit ikan menjadi produk jadi. Aneka produk terbuat dari kulit ikan kakap, nila, dan kaci- kaci. Alasan dia berbisnis adalah nila nominal kulit ikan kecil, tetapi kalau dibikin produk jadi sangat tinggi.
Ningsih mendapat pasokan kulit dari nalayan binaan Dinas Perikanan dan Kelautan DKI. Dia dibantu oleh sosok Bapak Nurul Haq. Dia merupakan orang pertama yang menyamak kulit kakap. Ia adalah sosok yang aktif mengajarkan mahasiswa ITB.
“Ini hebatnya penyamak tersebut, bisa menyamak kulit ikan,” ujarnya. Sukses disamak kemudian dijadikan dia aneka produk fashion. Menurut pengalaman produk ini bahkan awet 3 tahun lebih lama dibanding kulit sapi. Kulit ikan memilik tekstur unik, tebal, jadinya proses penyamakan tidak sebentar. Prosesnya sampai 10 hari.
Tidak jarang orang meragukan kebenaran produknya. Dibutuhkan waktu setahun maka pembeli benar yakin keawetan. Produk sepatu membutuhkan 7 lembar kulit. Variasi warna dibuat sedemikian rupa, seperti merah, kuning, hijau, dan cokelat. Untuk flat shoes dijual Rp.250.000- Rp.500.000/pasang. Sedangkan tas jinjing seharga mulai Rp.1,5 juta.
Biacara omzet jangan kaget ya. Ningsih menyebut sampai dua digit. Bahkan normalnya sampai Rp.20 juta per- bulan. Dalam sehari rumah produksinya mengerjakan 5 pasang sepatu flat shoes, kalau heel maka cuma bisa 2 pasang sehari. Dia dibantu empat orang penjahit dan tukang pola.
Berbagai pertanyaan unik dilontarkan pelanggan ke Ningsih. Seperti apa dia yakin kucing tidak akan ngikuti sepatu. Dengan profesional, ia pun menjelaskan proses pembuatan, seperti halnya penyamakan 10 hari, lalu penghilangan kolagen dan minyak agar tidak timbul bakteri.
2. Rahmawati
Lain cerita dengan Rahmawati, yang hanya lulus Diploma, warga Sukoharjo ini menyamak kulit ikan sendiri. Awalnya memang tidak mudah apalagi dia menggunakan kulit ikan nila. Kulitnya butuh dikeringkan semalam, dipotong, disamak dan dijahit mengikuti pola produk.
Usaha yang sudah dijalaninya sejak 1990 -an. Aneka produk sudah dibuat olehnya seperti produk sandal, tas cantik, dan harganya mencapai ratusan ribu rupiah. Menarget pasar luar negeri produknya digemari oleh orang asing. Memang produk kulit ikan memiliki tekstur unik dibanding kulit lain.
Tidak cuma sepatu, bahkan sandal pun laris manis di pasaran, padahal Rahmawati “tega” membandrol angka Rp.150 ribu- Rp.300 ribu. Harga tas sendiri dibandorol kisaran Rp.400 ribuan. Perjalana karir Rahmawati terbilang miris. Dulu dia bersama suami, Tono, hanya penjual ikan nila utuh di pasar- pasar. Karena sepinya pasokan maka pendapatan turun.
Mereka mulai berpikir kreatif memanfaatkan pasokan sisa. Keduanya tidak cuma menyasar kulit, tetapi juga sirip, bahkan kepala.
3. Indriyani
Kalau pengusaha satu ini memanfaatkan kulit ikan pari. Mengusung brand Zalfa Leather, pengusaha wanita asli Boyolali ini, menyebutkan usahanya diminati pasar luar negeri. Ini tidak kalah eksotis meski tentu tidak punya motif seperti kulit ikan nila ataupun kakap.
Produksinya meliputi tas, dompet, dan ikat pinggang. Ia menjual dari harga Rp.150 ribu sampai puluhan juta per- pcs. Bahan didapatkan dari nelayan di wilayah Jakarta, Jawa Tengah, Jepara, dan daerah lain di Jawa Timur. Satu buah produk membutuhkan waktu pembuatan 3-5 hari. Meliputi kulit dicuci dulu, diberi warna, dan dikeringkan.
Selepas itu dihaluskan lalu dipotong membentuk pola. Dia hanya dibantu oleh 3 orang pengrajin, rata- rata mampu memproduksi 150- 200 pcs per- bulan. Pemasaran sekitar Boyolali sampai ke luar negeri yakni ke Eropa.