Profil Pengusaha Julius Salaka

Mencari pembuat gitar kustom Joel Salaka pakarnya. Namanya disebut “empu” dalam seni pembuatan gitar. Pria kelahiran Pasuruan, Jawa Timur, 23 Juli 1990 yang memulai usahanya karena rasa cinta. Fakta bahwa dia seorang pegawai biasa perusahaan kontraktor di Surabaya. Sampai krisis ekonomi menerjang meluluh lantah.
Ditemui oleh pewarta berjejer 10 bodi gitar tidak rapih. Rumah itu terlihat agak sempit, namun pemuda 25 tahun ini merasa nyaman melanjutkan mengerjakan gitar. Dari tangan itulah lahir gitar kelas dunia seperti yang dipakai oleh Brian “Queen” May.
Pendidikan non- formal
Badai krisi ekonomi menghantam Indonesia begitupula tempat Joel bekerja. Maka tahun 1997 pekerjaan di perusahaan kontraktor ditinggalkan. Alumnus Politeknik Sipil Brawijaya, Malang, ini mencoba peruntungan kembali. Hanya punya gelar Diploma Joel nampak kesusahan dan harus memutar otak ekstra keras.
Ia memberanikan menekuni pembuatan gitar. Memiliki kemampuan perkayuan ditambahkan jiwa seni maka jadilah sebuah gitar. Joel menciptakan gitar pertama kali langsung laku dijual seharga Rp.1,2 juta kepada orang Balikpapan. Joel juga memakai suku cadang sepenuhnya bikinan Korea. “Saya tidak pernah bertemu orangnya,” kenangnya.
Mereka waktu itu memanfaatkan email atau korespondensi. Semenjak itulah, Joel semakin mengasah jiwa seorang luthier -sebutan bagi pembuat instrumen musik. Menelisik ternyata jiwa seni menurun dari ibu yang pemain harmonika dan ayah pemain gitar. Secara garis besar mereka cuma berhobi atau bukanlah keluarga musisi.
Tidak bersekolah formal hanya melalui buku. Dia membaca banyak ensiklopedia gitar. Ataupun berselancar di internet menemukan inspirasi gitar. Menelisik lebih jauh di masa SMP, Joel pernah menjadi gitari buat grup bandnya sendiri, memainkan lagu Queen dan Led Zeppelin. “Saya menggarap gitar- gitar ini memang karena sukses.”
Ia mulai mengerjakan aneka gitar berspesifikasi tertentu. Semua pengetahuan didapatkan melalui literatur dari internet. Sejak remaja dia hobi memainkan gitar, menyetel gitar, merancang suara efek. Itu dipelajari semua lewat internet. Merekayasa gitar memang tidak mudah. Proses trial serta eror dilakukan sampai menemukan ketepatan.
Joel mendapat dukungan keluarga. Kreatifitas membawa hidupnya berbeda. “Saya tidak mau meniru begitu saja gitar- gitar yang sudah ada,” paparnya. Dalam kurun waktu tahun 1997 sampai 1998 dirinya menjadi seorang penjiplak. Meniru desain sampai setelan gitar berdasarkan contoh internet, spesifikasinya sempurna sekali.
Sejak 1998 sampai 1999, dia berhenti membuat dan menjual gitar bermerek lain. Ia membuat gitar kustom sendiri. Anak keduanya lahir, Jonathan Allen Cahyanugraha lahir tahun 2000, dan sudah memiliki keahlian membuat gitar sendiri. Joel mengatakan jika terus menjiplak, berarti tidak menghormati karya orang lain.
Lahirlah produk gitar bernama Stephallen di sebuah tempat kecil, Japanan. Stephallen mengambil nama dari dua anaknya: Nama depan anak pertama Joel, Stephen dan Chandra Satyanugraha, dan nama tengah anak kedua. Suami dari Sylvia Puspa Dewi mencapai karir puncak secara tidak sengaja. “Belawan memang punya banyak pengaruh.”
Semenjak dikenal lewat Belawan sudah 10 gitar terjual setiap harinya. Padahal tahun sebelum itu cuma 4- 5 gitar bisa terjual. Total 800 buah gitar dicipta sembilan tahun belakangan. Merekayasa gitar memang tidaklah mudah seperti dibayangkan. Ia semakin menemukan rahasia instrumen gitar berkat kreatifitas.
“Kalau sekedar meniru, ya, kreativitas kita dimana?” tutur Joel.
Dirumah kecil
Selain membuat juga memainkan gitarnya di gereja. Keunikan gitar Joel semakin diminati pendengar. Inilah gitar inspirasi asal Porong. Nama Joel Salaka tercium oleh wartawan musik terkenal, bernama Andra, yang kemudian mewawancarai dia. Namanya berkibar menjadi terbaik dikalangan komunitas gitar di Tanah Air.
Dia semakin banyak mendapatkan perhatian. Banyak kenalan mulai menghubungi via telephon atau email ke dia. Itu termasuk pemesanan gitar oleh mereka. Semakin sukses, dia malah semakin kepepet karena banyak pesanan, hingga ingin bagaimana lebih produktif. Dipaksa keadaan terus belajar keras, belajar, dan belajar lagi.
Wayan Belawan sudah banyak memakai gitar buatan luar negeri. Semua belum memuaskan hasratnya dalam bermusik. Maka dia menantang Joel mebuktikan diri menjadi terbaik. Komunikasi intensif lewat email lantas dilakukan membuat gitar kustom sesuai. Gitar itu bermelodi, bas, cord, dimainkan serentak seolah menjadi ikonik.
Gitar menarik Belawan mengundang decak kagum. Tidak cuma orang biasa, kalangan musisi mulai mencari tau tentang Joel. Begitu gitaris grup band Gigi, I Dewa Bujana, yang memintanya membuatkan gitar jazz. Disusul oleh Tohpati memesan. Untuk gitar Bujana berbeda tetapi tidak sama rumitnya seperi Balawan.
“Kalau gitarnya Bujana tidak lama. Lain punyanya Belawan yang harus melalui satu eksperimen yang cukup panjang,” lanjut Joel. Gitar Bujana memiliki tiga jenis suara, yaitu suara elektrik, akustik, serta suara MIDI. Sedangkan milik Tohpati memilih dibuatkan gitar suara gendang. Karena bersifat kustom selalu terjadi diskusi intensif.
Joel Salaka dibantu oleh enam karyawan. Mereka bersama mengerjakan mulai bodi, sampai menyetel suara gitar. Dibilang inspirasi pembuat gitar maka Joel menyebut Paul Reed Smith (PRS), sang pembuat gitar buat Carlos Santana. Kemudian ada gitaris Queen, Brian May, mulai memperkenalkan Stephallen ke negaranya.
Meski merangkul musisi dunia, Joel mangaku tidak berminat menjadi perusahaan endorsment. Nama Brian May sendiri mendapatkan informasi dari musisi Inggris, Rob McKnay. Tepatnya ketika sang musisi tengah manggung di Sheraton Surabaya.
“Saya kenal Rob lewat jasa teman. Rob yang berteman Brian bilang kalau Brian tertarik membantu,” ungkap Joel.
Sukses giar Stephallen termasuk gitar kustom bertanda tangan. Kerja sama ini tentu sangat mendukung karir pembuat gitar ini. Tidak memikirkan target menjadi inti kerja Joel sejak lama. Ia menyebut hal terpenting ialah kualitas bagus, enak dimainkan, serta merupakan hasil karya sendiri. Soal harga rata- rata sampai Rp.10- 15 juta.
Soal suku cadang dibawa dari Korea, pasalnya kalau mesin Amerika semua tidak nyampai harganya. Kalau soal kebutuhan bahan baku kayu ada cara tersendiri. Dia bekerja sama dengan perusahaan mebel Porong, Sidoardjo, berorientasi ekspor. Penjualan luar negeri mencapai enam kontainer sampai Amerika, Jepang, Australia.