

Untuk menentukan kapasitas produksi dan membuat pabrik wood pellet tidak hanya melihat jumlah bahan baku yang tersedia saja. Sisi lain berupa kebutuhan pasar dan karakteristik pasar juga menjadi pertimbangan penting. Dan saat ini juga belum ada pabrik wood pellet di Indonesia dengan kapasitas produksi diatas 100.000 ton/tahun, walaupun dari sisi potensi untuk penyediaan bahan baku dan kebutuhan pasar sangat memungkinkan dan tidak menjadi masalah. Dibawah ini tabel produksi wood pellet dari negara-negara produsen utama dunia :



Saat ini pasar utama wood pellet dari Indonesia adalah Korea Selatan karena adanya peraturan pemerintah disana untuk pemakaian wood pellet, yakni di Renewable Portofolio Standard (RPS) sejak tahun 2012. Kompetitor lain dari Asia Tenggara seperti Vietnam, Thailand dan Malaysia juga mulai meramaikan pasar wood pellet. Dengan kondisi seperti itu pihak pembeli atau pasar umumnya mau membeli secara kontrak dengan kapasitas tertentu dan waktu tertentu. Sebagian besar pembeli melakukan praktek kontrak pembelian untuk kapasitas minimal 1000 ton/bulan selama minimal 6 bulan. Hal ini berdampak pada kapasitas pabrik wood pellet yang akan dibuat, yakni minimal 1000 ton/bulan. Kapasitas 1000 ton/bulan atau 40 ton/hari atau 2 ton/jam (20 jam operasi) pabrik wood pellet direkomendasikan sebagai kapasitas minimal pabrik wood pellet saat ini bagi para pengusaha yang akan berkecimpung pada produksi wood pellet.



Kebutuhan wood pellet diprediksi akan terus meningkat seiring trend global untuk pemakaian energi terbarukan, dengan prediksi pada tahun 2024 yakni 50 juta ton secara global atau untuk Korea Selatan saja lebih dari 3 juta ton. Dalam beberapa tahun lagi kebijakan seperti Korea Selatan akan diikuti beberapa negara ekonomi kuat di Asia.