Salah satu penyakit penting pada pertanaman padi yaitu penyakit tungro. Tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu virus bentuk batang, Rice tungro bacilliform virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice tungro spherical virus (RTSV) yang dapat menginfeksi satu sel tanaman secara bersama-sama tanpa mengakibatkan proteksi silang antar keduanya. Virus tungro hanya disebarkan oleh wereng hijau sebagai vektornya, tidak terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan menghisap tanaman lain yang sehat.
Gejala serangan tungro yang menonjol adalah perubahan warna daun dan tanaman tumbuh kerdil. Warna daun tanaman sakit bervariasi dari sedikit menguning sampai jingga, perubahan warna daun dimulai dari bagian ujung, meluas ke bagian pangkal. Tingkat kekerdilan tanaman juga bervariasi dari sedikit kerdil sampai sangat kerdil. Jumlah anakan sedikit dan sebagian besar gabah hampa. Infeksi virus tungro juga menurunkan jumlah malai per rumpun, malai pendek sehingga jumlah gabah per malai rendah.Serangan yang terjadi pada tanaman yang sudah mengeluarkan malai umumnya tidak menimbulkan kerusakan fatal.
Tinggi rendahnya intensitas serangan tungro ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya ; ketersediaan sumber inokulum (tanaman terserang), adanya vektor (penular), adanya varietas peka dan kondisi lingkungan yang memungkinkan, namun keberadaan vektor yang mengandung virus adalah faktor yang terpenting. Intensitas penyalit tungro juga dipengaruhi oleh tingkat ketahanan varietas dan stadia tanaman. Tanaman stadia muda, sumber inokulum tersedia dan populasi vektor tinggi akan menyebabkan tingginya intesitas serangan tungro. Ledakan tungro biasanya terjadi dari sumber infeksi yang berkembang pada pertanaman yang tidak serempak.
Tanaman padi yang sudah terserang tungro tidak dapat disembuhkan, pengendalian penyakit ditujukan untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau yang menularkan penyakit. Upaya pengendalian harus dilakukan secara terpadu antara lain;
1. waktu tanam tepat
Pengendalian tungro dilakukan dengan menanam sebelum terjadi kepadatan populasi vektor yang tinggi. Tanaman padi peka terhadap infeksi tungro sampai umur 45 HST. Usahakan menghindari infeksi pada periode tersebut dengan mengatur waktu tanam. Puncak populasi wereng hijau terjadi pada 1,5-2 bulan setelah curah hujan mencapai puncaknya. Pada saat populasi wereng hijau mencapai puncaknya tanaman padi yang masih muda atau berumur 21 – 35 hari setelah tanam, sangat peka terserang tungro. Dengan demikian waktu tanam yang tepat adalah 30 – 45 hari sebelum puncak curah hujan atau pada saat curah hujan mencapai puncaknya.. Atur waktu tanam agar saat terjadi puncak kerapatan populasi dan intensitas tungro, tanaman telah berumur lebih dari 45 HST. Semakin muda tanaman terinfeksi maka semakin besar persentase kehilangan hasil yang ditimbulkan.
Upaya menanam tepat waktu tidak efektif apabila tidak dilakukan secara serempak. Penanaman yang tidak serempak akan menjamin ketersediaan inang dalam rentang waktu yang panjang bagi perkembangan virus tungro, sedangkan bertanam serempak akan memtus siklus hidup wereng hijau dan keberadaan sumber inokulum. Penularan tungro tidak akan terjadi apabila tidak tersedia sumber inokulum walaupun ditemukan wereng hijau sebaliknya walaupun populasi wereng hijau rendah akan terjadi penularan apabila tersedia sumber inokulum.
Menanam varietas tahan merupakan komponen penting dalam pengendalian penyakit tungro. Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng hijau. Walaupun terserang varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal, sehingga dapat menghasilkan secara normal. Beberapa varietas tahan tungro antara lain Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad Balian, Kalimas, Bondoyudo, IR 66, IR 72 dan IR 74 dan sejumlah varietas inpari juga dinyatakan sebagai tahan tungro.
Eradikasi atau memusnahkan tanaman terserang merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk menghilangkan sumber inokulum sehingga tidak tersedia sumber penularan. Eradikasi harus dilakukan sesegera mungkin setelah ada gejala serangan dengan cara mencabut seluruh tanaman sakit kemudian dibenamkan dalam tanah atau dibakar.
Pemupukan N yang berlebihan menyebabkan tanaman menjadi lemah, mudah terserang wereng hijau sehingga memudahkan terjadi infeksi tungro, karena itu pemupukan N harus berdasarkan pengamatan dengan Bagan Warna Daun (BWD) untuk mengetahui waktu pemupukan yang tepat. Dengan BWD, pemberian pupuk N secara berangsur-angsur sesuai kebutuhan tanaman sehingga tanaman tidak akan menyerap N secara berlebihan.
Penggunaan pestisida dalam mengendalikan tungro bertujuan untuk eradikasi wereng hijau pada tanaman yang telah tertular tungro agar tidak menyebar kepertanaman lain dan mencegah terjadinya infeksi virus pada tanaman sehat. Beberapa insektisida efektif terutama yang berbahan aktif BPMC, bufrezin, imidakloprid, carbofuran, MIPC, atau tiametoksam. Penggunaan insektisida butiran (carbofuran) lebih efektif mencegah penularan tungro. Insektisida hanya efektif menekan populasi wereng hijau pada pertanaman padi yang menerapkan pola tanam serempak, karena itu pengendalian penyakit tungro akan berhasil apabila dilakukan secara bersama-sama dalam hamparan relatif luas, utamakan pencegahan melalui pengelolaan tanaman yang tepat untuk memperoleh tanaman yang sehat sehingga mampu bertahan dari ancaman hama dan penyakit. semoga bermanfaat.