Profil Pengusaha Timothy Tandiokusuma

Menjadi pengusaha sukses merupakan harapan kita pemula. Kalau bisa, meniru kesuksesan Timothy Tandiokusuma investasi di Holywings. Dia juga pemilik saham bisnis Mixology dan Money Market. Ia mungkin berusia 26 tahun, namun sudah memiliki perusahaan private equity sendiri.
Pengusaha Sukses
Selama di Amerika Serikat, dia juga menjajal bisnis impor kopi asli Indonesia, dan memang lumayan ketat. Bisnis distributor kopi memang banyak pemaian tetapi dia berhasil. Satu perusahaan membawa kopi khas Indonesia masuk ke tanah Amerika.
Menjadi catatan bahwa Timothy sempat drop out ketika kuliah. Tepatnya ketika kuliah di Washington University, dimana dia lantas pindah ke Seattle dan mantab berbisnis di sana. Dia empat tahun hidup di negeri orang. Timothy mandiri bahkan menolak tawaran melanjutkan bisnis keluarga.
Bahkan dia lebih memilih menetap dan berkuliah di Seattle University. Empat tahun disini, dia lalu kembali ke Jakarta membawa modal Rp.1 miliar, uang hasil tabungannya berbisnis selama masih di Amerika Serikat.
Dia percaya diri membawa bekal pengalaman pula. Timothy mulai berinvestasi usaha kecil- kecilan namun gagal. Timothy bangkrut. Kasihan, semua usahanya tempat berinvestasi gagal, dan membawa kerugian di usianya masih 23 tahun.
Timothy sempat jatuh terpuruk sampai memutuskan bangkit. Baik teman dan keluarga mendukung dia kembali berbisnis. Timothy menemukan jalannya melalui dunia investasi money market. Dimana dia memilih mengelolanya dalam bentuk saham atau non- bisnis.
Hasilnya Timothy mampu menghasilkan uang dan kembali percaya diri. Teman- temannya pun mulai percaya dan berinvestasi dari Rp.25 juta- Rp.50 juta. Uang sedikit itu kemudian dibalikan Timothy berlipat ganda. Percaya diri uang investasi teman- temannya mampu terkumpul sampai miliaran.
Dia kembali mencoba investasi ke sektor rill. Berkat pengalamannya bangkrut dulu, ia memilih untuk menganalisa lebih dahulu. Timothy berinvestasi ke perusahaan berjalan. Ada 15 perusahaan telah dia masuki, dimana perannya sebagai investor pasif maupun semi- pasif.
Timothy siap kembali masuk ke investasi aktif. Melalui proyek premium outlet di kawasan Soewarna di Bandara Soekarno- Hatta, Tangerang, Banten. Dia pun menggandeng pengusaha lain, seperti Rudi Salim, Predisen Direktur Prestige Image Motor, membangun kawasan premium tersebut.
Dia tengah fokus dengan perkembangan namanya factory outlet. Terutama di kawasan Bandung, nah, di kawsan Soewarna tersebut akan dijadikan premium outlet pertama di Indonesia. Total area luasnya 14 ribu meter yang akan dikerjakan pada 2021.
Bila di Bandung tergetnya menengah ke bawah. Maka di premium outletnya akan berkonsep tenant- tenant brand premium. Target mereka adalah produk- produk luar yang dijual lebih rendah. Jadi tidak akan mahal dibandingkan aslinya diluar karena telah lewat musim.
Factory outlet juga bisa menerima barang defect atau tidak sempurna. Dibandingkan perusahaan nanti susah payah menjual ke toko- toko; inilah gunannya premium outlet. Timothy optimis berbisnis cara private equity begini.
Dia terus belajar agar dipercaya perusahaan atau pribadi menanamkan dananya ke Black Boulder. Dia optmis meskipun masih muda. Masih banyak orang menganggap Timothy pemula. Namun yakinlah, dia akan bekerja keras dengan ketekunan tinggi, bahwa mereka akan mempercayakan investasinya.