Potensi limbah
biomassa di Indonesia sangat besar yakni sekitar setara 49.810 MW dan baru
sangat kecil yang telah dimanfaatkan yakni 1.618 MW atau kurang dari 4%,
sehingga berbagai rute pengolahannya yang bisa dioptimalkan. Pengembangan bioenergy untuk pembuatan wood
pellet adalah salah satu strategi terbaik mengingat wood pellet akan potensial
untuk bahan bakar baik untuk industri maupun rumah tangga. Proses densifikasi
seperti pada wood pellet telah meningkatkan kualitas limbah biomasa pada
awalnya menjadi lebih kering, ukuran seragam, murah dalam transportasi maupun
pemanfaatannya yakni aplikasi thermal sebagai bahan bakar., lebih khusus bahan
bakar terbarukan.
biomassa di Indonesia sangat besar yakni sekitar setara 49.810 MW dan baru
sangat kecil yang telah dimanfaatkan yakni 1.618 MW atau kurang dari 4%,
sehingga berbagai rute pengolahannya yang bisa dioptimalkan. Pengembangan bioenergy untuk pembuatan wood
pellet adalah salah satu strategi terbaik mengingat wood pellet akan potensial
untuk bahan bakar baik untuk industri maupun rumah tangga. Proses densifikasi
seperti pada wood pellet telah meningkatkan kualitas limbah biomasa pada
awalnya menjadi lebih kering, ukuran seragam, murah dalam transportasi maupun
pemanfaatannya yakni aplikasi thermal sebagai bahan bakar., lebih khusus bahan
bakar terbarukan.
Peta Produsen Wood Pellet Indonesia |
Peta Produsen Wood Pellet Dunia |
Konsentrasi
gas CO2 dalam atmosfer bumi saat ini (2013) menurut http://co2now.org adalah 395,55 ppm sedangkan pada tahun 1988
hanya 350,38 ppm sehingga targetnya menurunkan kembali konsentrasi CO2
diatmosfer menjadi 350 ppm. Kondisi
tersebut sangat membahayakan kelangsungan hidup di bumi jika tidak
diatas, sehingga dalam skala global maupun skala nasional era saat ini adalah
era menurunkan emisi karbon atau gas rumah kaca. Dan ini bisa dicapai salah
satunya dengan subtitusi bahan bakar fossil dengan bahan bakar terbarukan
seperti subtitusi batubara dengan wood pellet. Saat ini diperkirakan produksi wood pellet lebih dari 14 juta ton, sedangkan Indonesia baru berkontribusi sekitar 6400 ton (2012).
gas CO2 dalam atmosfer bumi saat ini (2013) menurut http://co2now.org adalah 395,55 ppm sedangkan pada tahun 1988
hanya 350,38 ppm sehingga targetnya menurunkan kembali konsentrasi CO2
diatmosfer menjadi 350 ppm. Kondisi
tersebut sangat membahayakan kelangsungan hidup di bumi jika tidak
diatas, sehingga dalam skala global maupun skala nasional era saat ini adalah
era menurunkan emisi karbon atau gas rumah kaca. Dan ini bisa dicapai salah
satunya dengan subtitusi bahan bakar fossil dengan bahan bakar terbarukan
seperti subtitusi batubara dengan wood pellet. Saat ini diperkirakan produksi wood pellet lebih dari 14 juta ton, sedangkan Indonesia baru berkontribusi sekitar 6400 ton (2012).
Eropa adalah secara umum adalah pusat pasar global bahan
bakar berbasis kayu dan khususnya pada wood pellet / briquette, sehingga bukan
hal yang mengejutkan apabila banyak produsen bahan bakar berbasis kayu besar
yang menjadikan negara-negara Eropa sebagai tujuan utamanya. Dengan goal yang
telah diset oleh Uni-Eropa untuk mencapai komposisi 20% energi terbarukan dalam
bauran energinya dan 20% penurunan gas rumah kaca pada 2020 (DIRECTIVE
2009/28/EC, 2009) sepertinya peningkatan kebutuhan bioenergy akan melonjak
pesat. Karena potensi sumber biomasa di sana terbatas, sehingga porsi terbesar bioenergy yang berasal dari
biomasa ini berasal bukan dari Eropa tetapi dari berbagai belahan dunia
lainnya. Indonesia sangat potensial sebagai salah satu exporter wood pellet ke
Eropa, sebagai contoh perusahaan listrik di Inggris harus menggunakan bahan
bakar terbarukan sebesar 10% pada tahun 2010 dan Korea yang mengharuskan bahan bakar terbarukan sebesar 5% pada tahun 2013.
bakar berbasis kayu dan khususnya pada wood pellet / briquette, sehingga bukan
hal yang mengejutkan apabila banyak produsen bahan bakar berbasis kayu besar
yang menjadikan negara-negara Eropa sebagai tujuan utamanya. Dengan goal yang
telah diset oleh Uni-Eropa untuk mencapai komposisi 20% energi terbarukan dalam
bauran energinya dan 20% penurunan gas rumah kaca pada 2020 (DIRECTIVE
2009/28/EC, 2009) sepertinya peningkatan kebutuhan bioenergy akan melonjak
pesat. Karena potensi sumber biomasa di sana terbatas, sehingga porsi terbesar bioenergy yang berasal dari
biomasa ini berasal bukan dari Eropa tetapi dari berbagai belahan dunia
lainnya. Indonesia sangat potensial sebagai salah satu exporter wood pellet ke
Eropa, sebagai contoh perusahaan listrik di Inggris harus menggunakan bahan
bakar terbarukan sebesar 10% pada tahun 2010 dan Korea yang mengharuskan bahan bakar terbarukan sebesar 5% pada tahun 2013.
Trend dunia ke depan adalah ditandai munculnya banyaknya
produsen listrik kecil-kecil (Independent
Power Producer (IPP)) yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan komunitas
tertentu. Pembangkit listrik berbahan
bakar biomasa saat ini sebagian besar menggunakan teknologi pembakaran langsung
(direct combustion) dan gasifikasi
serta beberapa dengan pirolisis. Tahapan
co-firing ataupun co-combustion wood pellet dengan
batubara adalah hal yang banyak dilakukan pembangkit listrik (powerplant) saat ini yang masih
menggunakan teknologi pembakaran langsung (direct
combustion), sebelum nantinya diharapkan 100% bisa menggunakan wood pellet
sebagai sumber bahan bakarnya seperti yang ada di Swedia. Untuk gasifikasi skala kecil, teknologi yang
cocok adalah downdraft gasifier dan wood pellet bisa menjadi bahan bakar
yang ideal untuk sistem tersebut. Sedangkan
pirolisis karena prosesnya hampa udara, maka produk seperti wood pellet tidak disarankan sebagai bahan
bakunya, karena tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap proses maupun output-nya.
produsen listrik kecil-kecil (Independent
Power Producer (IPP)) yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan komunitas
tertentu. Pembangkit listrik berbahan
bakar biomasa saat ini sebagian besar menggunakan teknologi pembakaran langsung
(direct combustion) dan gasifikasi
serta beberapa dengan pirolisis. Tahapan
co-firing ataupun co-combustion wood pellet dengan
batubara adalah hal yang banyak dilakukan pembangkit listrik (powerplant) saat ini yang masih
menggunakan teknologi pembakaran langsung (direct
combustion), sebelum nantinya diharapkan 100% bisa menggunakan wood pellet
sebagai sumber bahan bakarnya seperti yang ada di Swedia. Untuk gasifikasi skala kecil, teknologi yang
cocok adalah downdraft gasifier dan wood pellet bisa menjadi bahan bakar
yang ideal untuk sistem tersebut. Sedangkan
pirolisis karena prosesnya hampa udara, maka produk seperti wood pellet tidak disarankan sebagai bahan
bakunya, karena tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap proses maupun output-nya.