#Pugur – #Produksi Briket Arang dari #Serbuk Kayu & #Tempurung Kelapa: Energi Alternatif dan #Peluang Bisnis Ramah Lingkungan – Dalam beberapa tahun terakhir, isu energi terbarukan dan ramah lingkungan semakin menjadi perhatian global. Di tengah menipisnya cadangan bahan bakar fosil, masyarakat dan pelaku #usaha mulai mencari sumber energi alternatif yang lebih berkelanjutan. Salah satu produk yang kini semakin populer adalah #briket arang, khususnya yang terbuat dari serbuk kayu dan tempurung kelapa.
Baca Juga: Usaha Sosis Ikan dan Nugget Ayam Rumahan: Peluang Bisnis Kuliner yang Menjanjikan
Selain mampu menjadi solusi energi yang ramah lingkungan, produksi briket arang juga menyimpan potensi besar sebagai peluang usaha bernilai ekonomi tinggi, baik untuk pasar lokal maupun ekspor.

1. Potensi Limbah Serbuk Kayu dan Tempurung Kelapa di Indonesia
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan hasil hutan dan perkebunan, termasuk kayu dan kelapa. Hampir di setiap daerah terdapat industri penggergajian kayu, meubel, hingga kerajinan yang menghasilkan limbah serbuk kayu dalam jumlah besar. Demikian juga dengan tempurung kelapa, yang kerap terbuang sia-sia setelah daging dan air kelapanya diambil.
Padahal, kedua jenis limbah tersebut memiliki kandungan karbon tinggi, yang menjadikannya bahan baku ideal untuk produksi arang dan briket. Dengan mengolah limbah menjadi produk bernilai jual, pelaku usaha tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial, tetapi juga berperan dalam mengurangi volume limbah organik yang berpotensi mencemari lingkungan.
Dari sisi ketersediaan bahan baku, Indonesia memiliki keunggulan yang sangat besar. Produksi kelapa nasional mencapai jutaan ton per tahun, sementara limbah serbuk kayu dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah. Potensi ini menjadikan produksi briket arang sebagai bisnis yang berkelanjutan, mudah dijalankan, dan memiliki pasokan bahan mentah yang stabil.
2. Mengenal Briket Arang dan Kelebihannya
Briket arang adalah bahan bakar padat hasil kompresi dari serbuk karbon yang dihasilkan melalui proses pengarangan (karbonisasi). Bahan bakunya bisa berupa serbuk kayu, tempurung kelapa, atau limbah biomassa lainnya yang dicampur dengan perekat alami seperti tepung tapioka.
Produk ini banyak digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti arang tradisional, minyak tanah, maupun gas LPG. Briket arang memiliki sejumlah keunggulan utama, di antaranya:
- Lebih efisien dan tahan lama saat dibakar karena memiliki kerapatan yang tinggi.
- Asap lebih sedikit dan tidak berbau menyengat, sehingga cocok digunakan di area tertutup.
- Ramah lingkungan, karena dibuat dari bahan alami dan limbah organik.
- Cocok untuk berbagai kebutuhan, seperti memasak, BBQ, industri kecil, hingga pemanas ruangan.
Selain itu, briket arang juga menjadi komoditas ekspor unggulan ke berbagai negara seperti Jepang, Korea Selatan, Timur Tengah, dan negara-negara Eropa yang kini gencar mengadopsi sumber energi hijau.
Baca Juga: Produksi Es Krim Herbal dan Buah Tropis Lokal: Inovasi Sehat dari Kekayaan Alam Nusantara
3. Tahapan Produksi Briket Arang
Proses pembuatan briket arang dari serbuk kayu dan tempurung kelapa relatif sederhana dan bisa dilakukan dalam skala rumahan maupun industri kecil. Berikut tahapan produksinya secara umum:
a. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan Baku
Serbuk kayu dan tempurung kelapa dikumpulkan, kemudian dikeringkan agar kadar airnya rendah, sekitar 10–15%. Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur di bawah sinar matahari atau menggunakan oven pengering jika cuaca tidak mendukung.
b. Proses Karbonisasi (Pengarangan)
Bahan yang sudah kering kemudian dibakar dalam tungku tertutup atau drum karbonisasi dengan pasokan udara yang terbatas. Tujuannya agar bahan tidak terbakar habis menjadi abu, melainkan berubah menjadi arang dengan kadar karbon tinggi.
c. Penghalusan dan Penyaringan
Arang hasil pembakaran digiling hingga menjadi serbuk halus. Serbuk tersebut kemudian disaring agar ukuran partikelnya seragam (sekitar 60–80 mesh), sehingga mudah dicetak dan menghasilkan briket yang padat.
d. Pencampuran dengan Perekat
Serbuk arang halus dicampur dengan perekat alami seperti tepung tapioka yang dilarutkan dalam air panas. Perbandingan umum adalah sekitar 10% perekat dari total berat bahan arang. Campuran diaduk hingga merata dan membentuk adonan yang lengket.
e. Pencetakan Briket
Adonan kemudian dimasukkan ke mesin pencetak briket. Bentuknya bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasar, seperti silinder, kotak, atau heksagonal. Setelah dicetak, briket dikeringkan menggunakan sinar matahari atau oven hingga kadar airnya di bawah 8%.
f. Pengemasan dan Distribusi
Briket yang telah kering dikemas menggunakan plastik, karung, atau kotak karton. Untuk ekspor, biasanya menggunakan kemasan modern dengan merek dan label energi yang mencantumkan nilai kalor dan kadar abu.
4. Analisis Biaya dan Keuntungan Usaha
Usaha produksi briket arang termasuk dalam kategori usaha berbiaya rendah dengan margin keuntungan tinggi. Berikut perkiraan modal awal untuk skala kecil–menengah:
- Mesin pencetak briket: Rp10–15 juta
- Drum karbonisasi: Rp2–3 juta
- Alat penggiling dan ayakan: Rp3–5 juta
- Bahan baku dan perekat awal: Rp2 juta
- Biaya operasional & kemasan: Rp2 juta
Total estimasi modal awal: Rp20–25 juta.
Dengan kapasitas produksi sekitar 100 kg per hari, dan harga jual briket arang lokal berkisar Rp6.000–Rp15.000 per kilogram, maka omzet bulanan bisa mencapai Rp15–30 juta. Setelah dikurangi biaya operasional, margin keuntungan bersih dapat mencapai 30–40%.
Jika menargetkan pasar ekspor, nilai jual bisa meningkat tajam. Harga briket arang ekspor berkisar USD 500–1.000 per ton, tergantung kadar karbon, bentuk, dan kualitas pembakaran.
5. Dampak Lingkungan dan Nilai Keberlanjutan
Salah satu keunggulan terbesar bisnis ini adalah kontribusinya terhadap keberlanjutan lingkungan. Dengan memanfaatkan limbah serbuk kayu dan tempurung kelapa, volume sampah organik berkurang secara signifikan. Selain itu, proses produksi tidak menggunakan bahan kimia berbahaya, sehingga aman bagi lingkungan dan pekerja.
Briket arang juga membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil seperti LPG atau batu bara. Dengan emisi karbon yang jauh lebih rendah, penggunaan briket arang dapat mendukung upaya pemerintah dalam transisi menuju energi hijau dan net zero emission.
6. Tantangan dan Solusi Pengembangan
Meskipun menjanjikan, bisnis briket arang tetap memiliki tantangan tersendiri, seperti:
- Ketergantungan pada cuaca saat proses pengeringan.
- Konsistensi kualitas produk, terutama dalam hal kadar air dan kepadatan.
- Keterbatasan akses ke pasar ekspor dan sertifikasi mutu (misalnya SNI atau ISO).
Solusinya adalah dengan mengadopsi teknologi sederhana namun efisien, seperti pengering berbasis tenaga surya atau oven gas, serta menjalin kemitraan dengan eksportir dan koperasi energi biomassa. Penerapan standar kualitas nasional (SNI 01-6235-2000) juga penting agar produk mudah diterima pasar internasional.
Kesimpulan
Produksi briket arang dari serbuk kayu dan tempurung kelapa adalah contoh nyata bagaimana limbah bisa diubah menjadi sumber energi bernilai tinggi. Usaha ini menawarkan kombinasi antara keuntungan ekonomi, peluang ekspor, dan manfaat ekologis yang sejalan dengan tren energi bersih global.
Dengan modal yang relatif kecil, teknologi sederhana, dan ketersediaan bahan baku yang melimpah di Indonesia, bisnis ini sangat layak dikembangkan, baik secara individu maupun melalui kemitraan komunitas.
Investasi di bidang ini bukan sekadar mencari keuntungan, tetapi juga langkah nyata untuk mendukung masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.



