Profil Pengusaha Yoshida Goro

Kita tidak pernah mendengar pengusaha Yoshida Goro ini. Siapa sangka dia dibalik sejarah kamera Canon. Bermula dari pekerjaannya sebagai tukang betul elektronik. Yoshida tertarik akan kamera asli Leica, yang konon pada masanya sangat mahal karena suatu sebab.
Membesarkan Perusahaan
Teknologi terbaru ini membuat semangat penggemar kamera di dunia. Untuk membuat kamera kelas tinggi ukuran 35mm dibutuhkan keahlian. Yoshida bercerita dirinya dipasrahi kamera tersebut. Dan ia sengaja mengutak- atik bahkan sampai melihat ke dalam.
“Saya hanya membongkar kamera tanpa rencana khusus, tetapi hanya sekedar ingin melihat isinya,” ia menjelaskan.
Dia bertanya- tanya mengapa kamera tersebut begitu mahal. Tidak ada mesin spesial disana, bahkan imajinasi liar kita membayangkan ada berlian tidak terbukti. “Saya begitu terkejut ketika barang tak mahal ini dimasukan menjadi kamera,” lanjutnya.
Isinya kuningan, alumunium, besi dan karet. Yoshida “marah” karena material murahan dijual dengan harga terlalu tinggi.
Yoshida kemudian memiliki ide gila membangun bisnis. Pengusaha Yoshida Goro mengajak adik iparnya, Uchida Saburo. Mereka awalnya hanya melakukan riset terlebih dahulu. Keduanya mencari tau cara membuat kamera berkualitas
Mereka lalu memunculkan ide gila membuat kamera sendiri. Tujuannya menciptakan kamera 35mm berkualitas. Pada Juli 1934, mereka mengeluarkan produk kamera pertama bernama “Kwanon”. Yang namanya diambil dari nama Dewa di agama Budha.
Kemudian mereka memberi nama lensanya Kasyapa, dari nama murid Budha bernama Mahakasyapa. Mereka meluncurkan tiga produk Kwanon. Sayangnya, ketiganya tidak satupun dijumpai di pasar, nama- nama ketiga produknya merupakan model kamera.
Ada Kwanon Model D yang ditemukan 1995, produk tiruan yang persis Leica Model II dan bukanlah buatan Yoshida. Perusahaan besutan Yoshida tidak mampu memproduksi sendiri. Alhasil mereka ini membuat namun tidak dipasarkan.
Kwanon mulai aktif ketika berdiri Precision Optical Instrument Laboratory. Di 1937, sosok Takeshi Mitarai bergabung, yang memiliki latar belakang optikal. Ada empat orang dalam Precision Optical Instrument Laborartory, ialah Takeshi Mitarai, Goro Yoshida, Takaeo Maeda, dan Saburo Uchida.
Mereka bekerja sama dengan Nippon Kogaku Kogyo atau Nikon Jepang. Kerja sama yang memberi kesempatan Kwanon memakai lensa Nikon. Mereka bekerja sama membangun produk Hansa Canon, yang meluncur pada Februari 1936 tetapi sudah ada di Oktober 1935.
Test pasar mungkin bila kita istilahkan. Keberhasilan Canon nampak nyata namun serba tanggung. Ini karena Precision Optical Instrument Laboratory belum lengkap. Mereka belum bisa membuat apa isi kamera Kwanon -kemudian bernama Canon.
Dulu Yoshida dan kawan- kawan hanya membuat prototipe. Itupun isinya merupakan produl Leika. Perusahaan mereka sekarang sudah memiliki semua aspek. Precision Optical Instrument Laboratory menggarap focal- plane sutter, rangefinder, dan merakitnya dengan brand Canon.
Sementara Nippon Kogaku atau Nikon mengerjakan lensa Nikkor 50mm, mount lensa, opical system, viewfinder, dan rangefinder. Nama Kwanon diganti Canon berdasarkan nama standar script Alkitab. Uniknya, ketika Hansa Canon diluncurkan, nama Precision Optical Instrument Laboratory tidak ada.
Alisa nama perusahaan Yoshida tidak dicantumkan. Karena memang ini bukanlah perusahaan resmi atau tidak punya jaringan penjualan. Precision Optical lantas bekerja sama dengan perusahaan Omiya Shasin Yohin, Co, yang bertugas menjadi penjual produk.
Ingat Nippon Kogaku sendiri hanya kerja sama material. Maka Shasin Yohin yang memang bisnisnya penjual dan toko, menjalankan tugas penjualan. Shasin Yohin sendiri memegang kamera Omiya. Nah, lantas “Hansa” menjadi merek dagang Omniya, yang namanya berasal dari perjanjian Uni Eropa abad pertengahan.
Membingungkan bukan ketika kamu membuat produk tetapi tidak jelas. Kamu memiliki usaha tetapi hanya brand sementara tanpa perusahaan. Proses penjualan pun “dititipkan” melalui perusahaan lain lagi.
Bulan Juni 1946, nama Precision Optical Instrument Laboratory berubah nama, lebih tepatnya cuma diberi nama Jepang di depannya. Usaha asal daerah Meguro mulai muncul ke publik. Melalui sebuah majalah bernama Asahi Camera, namanya muncul bersamaan produk “Hansa Canon” ini.
Perkembangan bisnis pengusaha Yoshida Goro bagus. Bahkan mereka telah mampu memproduksi lensa sendiri. Tahun 1937 bernama lensa “Serenar” dan mulai memiliki status kuat. Mitarai ditunjuk menjadi Presiden Direktur perusahaan yang baru ini.
Takeshi Mitarai teman Yoshida melakukan perubahan besar. Nama perusahaanya diubah menjadi Canon Camera Co., Ltd. Nah, semenjak itu namanya menjadi Canon, semua produk dilabeli nama Canon sebagai brand asli.
Uniknya perusahaan Canon juga membuat produk kalkulator. Mereka terinspirasi usaha perusahaan asing Bell Punch. Mereka meluncurkan Canola 130, dimana menjadi kalkulator Jepang pertama yang memiliki 10 kunci.
Canon memfokuskan ke produk elektronik. Terciptanya produk kalkukaltor bukan berarti mereka ganti arah. Justru perusahaan ini semakin menstabilkan dirinya dalam bisnis kamera. Lebih jelasnya mereka mulai menguasai bisnis image meliputi produk turunan kamera lensa.
Mereka membuat scanner, binocular, digital kamera, film SLR, digital SLR kamera, lensa, video cam, dan unit layanan digital visual. Canon juga menyediakan business solution untuk produk printer mereka.
Canon memiliki brand Lasser meliputi aneka produk. Dari produk perkantoran sampai medis, antara lain mesin x- ray. Mereka juga menjadi pemain di bisnis broadcasting dari lensa, semi konduktor, display, dan digital mikro film scanner.
Yoshida Goro diakui menjadi sejarah kamera Canon. Namun, sepanjang hidupnya, tidak merasakan keuntungan perusahaan sampai 3 triliun yen. Hidupnya sederhana namun menghasilkan aneka produk membantu manusia.