Fakta bocah ajaib ini mengejutkan kamu. Karena dia cuma iseng ketika menemukan aplikasi iOS Impossible Rush, dan menjadi rebutan dua perusahaan besar. Apakah dia adalah ‘next Mark Zukerberg’ mungkin terlalu dini. Namun kita bisa meniru langkahnya setidaknya jika kamu bisa iseng- iseng berbisnis.
Dia, Ben Pasternak, bocah 15 tahun yang memang sudah tertarik akan dunia komputer. Bahkan sejak dia sudah 10 tahun bersekolah di Reddam House, Sidney. Bagi remaja ini belajar itu membosankan.
“Saya berjuang untuk bersaing dengan sekolah tetapi pada saat sekarang ini saya ingin fokus pada aplikasi saya sebanyak mungkin, ” kata remaja satu ini.
Dia pun mulai mengerjakan game -nya untuk Apple Store. Bocah beranjak remaja ini tidaklah sendiri ketika itu ia bersama seorang teman, Austin Valleskey. Ben tengah jenuh kala itu. Dia pun segera menuangkan ide itu ke dalam aplikasi sesungguhnya. Tak disangka ketika diunggah di Apple Store; Impossible Rush menang besar di chart paling didownload.
Aplikasi iPhone sukses meraih 500.000 kali, yang awalnya saja, tiga bulan yang lalu masih diangka 50 -an ribu. Hampir satu juta unduhan pantaslah jika dia ditaksir banyak perusahaan. Facebook dan Google yakin bahwa bocah Australia ini bukanlah bocah biasa. Tidak cuma itu bahkan Yahoo sekonyong- konyong ikut masuk ke persaingan memperebutkan sang pengusaha remaja
Departemen magang Facebook telah mengundang Pasternak untuk berkunjung ke kantor pusat perusahaan di California, sementara Wakil Presiden Google Search, Yossi Matais, memintanya untuk kampus raksasa pencari, setelah akhirnya menyadari karya Pasternak. Meski tidak dikeluarkan dalam Android kala itu, ini jadi bukti bahwa Google tetap waspada, lalu, dimanakah kenapa perusahaan Apple tak ikut serta?
Nampaknya, Ben kuat menjaga kartunya dekat dengan dadanya. Dia tak mau langsung menunjukan semua apa yang dia punya sekaligus. Diajak berkeliling Google, Ben dan keluarga mendapatkan undangan gratis melalui program MIT Launch dan Google sendiri melalui Hack Generation Y. Tidak cuma dirinya ada 450 anak lain yang akan bersama membangun satu produk dalam 35 jam.
Tak sendiri
Meski dikenal mengejutkan banyak orang; Ben juga punya saingan. Disisi lain ada sosok Jihad Kawas, CEO asal Lebanon berumur 17 tahun, yang menjual- membeli aplikasinya bernama Saily. Ada pula bocah asal Israel, juga 17 tahun, bernama Gino yang sudah mendapatkan sokongan dana $300.000 untuk produknya yaitu RapidAPI.
Adanya batasan dari Twitter agar orang tidak menggunakan aplikasi pihak ketiga. Justru ini membuka satu peluang bagi Ben dimana dia membayangkan ini seperti batasan harga. Dia menerima tantangan Twitter dalam acaranya di Hack Generation Y. Ben yang sebelumnya sukses membangun game bernama Impossible Rush bukanlah langsung tentang uang.
Dia mengaku sempat menjualnya seharga $200 padahal telah didowload 750.000. Dia menjualnya kepada seorang teman di New York Charlos Fajardo. Nah, si Fajardo inilah yang menaruhnya ke toko aplikasi dan akhirnya meroket.
“Motivasi terbesar saya adalah mengetahui bahwa aplikasi saya membuat kehidupan masyarakat hanya sedikit lebih mudah dan sederhana. Ada perasaan yang tidak lebih baik daripada melihat orang yang menggunakan kreasi kamu,” kata Ben kepada Mashable.
Sepertinya tidak ada yang bisa menghentikan pengusaha remaja ini. Dia sudah meliha pandangan luas dalam benaknya sebagai developer. Pada 2015 ia bahkan berencana mengalahkan top 5 untuk aplikasi Apple, lalu datang ke Apple Worldwide Developers Conference, kembali ke negara Amerika Serikat, dan mungkin dia akan mendapatkan magang di suatu tempat, di Google mungkin?
Dia memiliki satu pesan terakhir tentang proyek sampingan rahasianya kepada reporter Mashable: “Awas, eBay”, inilah anak yang tepat untuk mengalahkan mu.
Download Impossible Rush (Android)
Download Impossible Rush (iPhone)