Kenapa sosial media berbahaya (Ilmiah)
yang perlu anda ketahui bahwa 1/3 manusi di bumi adalah mereka
penggemar sosial media. Sangat jelas sosial media menjadi kultur baru
dimana setiap orang di bumi bisa melakukannya. Sudah pernah dengar
berita bahwa Ratu Inggris kini punya akun Twitter, bahkan Paus pun tak
lepas dari Twitter. Para terroris juga tak lepas dari segala dampak
sosial media, sebut saja ISIS, menggunakan sosial media sebagai salah
satu sanjata dalam usaha perekrutan. Ih serem.
sosial media benar- benar merusak hidup kamu. Sebelum Facebook akhirnya
ikut merusak rumah tangga kamu. Maka kami menyuguhkan berbagai efek
dari sosial media. Pertama, efek- negatif dari sosial media menurut
versi majalah online, Provoke.
Addiction Disorder (IAD) adalah jenis penyakit mental yang baru- baru
ini mulai menggila. Alasanya banyak, tapi menurut Provoke, satu hal yang
membuat ialah perasaan akan penghargaan, perhatian, serta komentar yang
mudah. Kamu cukup menggunggah sesuatu yang “cantik”, maka puluhan orang
akan ngantri memberi komentar. Kamu bayangin aja dunia nyata. Itu gak
semudah itu.
juga membuktikan kalau 5-10 persen pengguna internet di dunia ini
merasa kesulitan lepas dari media sosial. Menekan tombol Log Out jadi
tombol ‘danger’ bahkan kebanyakan enggan me- log out, jadilah beberapa
orang kena batunya karena ulah usil. Sekali-kalinya log out juga ya
untuk pindah akun, bukan malah duduk dirumah pegang buku.
– Sambil ngeliat Facebook di PC, kita ngescroll feed Instagram di ponsel,
– Sambil peluk pacar, sambil ngatur tongsis buat selfie
– Sambil nyetir motor kopling, kita bikin kultwit soal safety riding
– Sambil nonton tv, kita cek email di tablet.
Terlalu
banyak memaki gadget buat sosial media, aplikasi- aplikasi ini pasti
akan mengisi waktu senggang anda. Bahkan tak ada waktu lagi buat
berkedip. Apalagi semuanya menawarkan kemudahan akses. Dari satu gadget
pindah gadget lain, dari satu aplikasi ke aplikasi lain, dan dari
sekedar bikin status sampai juga upload foto selfi. Kita seolah punya
banyak tangan buat itu semua.
Perlu diketahui! Kegiatan multi-
tasking ternyata bisa memberikan efek buruk. Terutama bagi kalian cowok,
kita adalah mahluk yang perlu fokus. Pernah dengar bahwa seorang cowok
maen game lupa mengangkat telephon pacarnya. Nah, bagi kalian yang punya
kebiasaan multi- tasking dengan berbagai gadget, baik cowok ataupun
cewek akan rentan akan distaraksi. Sesuatu yang mengejutkan bisa merusak
konsentrai yang sudah bercabang- cabang.
3. Otak seolah peka dengan notifikasi
– Ada bunyi “tik tok”, langsung ngecek hape. Padahal itu bunyi bel rumah
– Ada geter-geter, langsung ngecek hape. padahal itu gempa bumi.
– Ada yang nyolek-nyolek kantong, langsung ngecek hape. padahal itu copet.
Media
sosial selalu memberikan notifikasi tiap kali ada update ternyata
berdampak negatif pada sistem syaraf kita. Karena terbiasa melihat
ponsel tiap kali tanda notifikasi masuk, kita jadi kerap mengira tanda
apa pun (bunyi, getaran, dll) yang mengena ke indera, kita kira sebagai
notifikasi dari media sosial yang harus segera kita tanggapi. Gejala
inilah yang disebut sebagai phantom vibration syndrome. Dalam penelitian
lanjut yang dilakukan oleh Michelee Drouin, 89% dari 290 sampel
penelitiannya pernah mengalami sindrom ini.
4. Bikin hati senang
Menurut
data TollFreeForwarding, twitteran dalam waktu 10 menit bisa memicu
keluarnya hormon oksitosin sebanyak 13%. Hormon oksitosin ini dikenal
sebagai hormon yang bikin kita hepi. Penelitian lain juga bilang kalau
bersosmed- ria emang bikin kita senang dan puas karena bersosmed itu 80%
melibatkan diri kita berinteraksi dengan orang banyak.
Hal ini
menyebabkan kita gemar mengekspresikan diri dan terobsesi pada diri kita
sendiri. Gejala tersebut bisa merangsang tubuh untuk mengeluarkan
hormone dopamine, sebuah hormon yang keluar kita sangat merasa senang,
puas dan orgasme.