Jenis-jenis Ikan Lele
Di Indonesia, ikan lele ada 3 jenis lele lokal, yaitu lele hitam, lele putih, dan lele merah. Di antara ketiganya, hanya lele hitam yang layak untuk dikonsumsi, sedangkan lele putih dan merah dibudidayakan sebagai ikan hias.
Banyak Pembudidaya yang membudidayakan ikan lele karena cara budidayanya yang mudah dengan modal yang terjangkau. Dengan harganya yang cenderung stabil, ikan lele juga mudah dipasarkan.
Prospek Bisnis Ikan Lele
Setelah lele dumbo masuk ke Indonesia pada tahun 1985, jumlah Pembudidaya ikan lele di Indonesia semakin banyak. Saat itu, kepopuleran lele dumbo mengalahkan lele lokal yang menjadi satu-satunya komoditas lele budidaya di Indonesia. Hal ini dikarenakan lele dumbo lebih cepat besar, lebih menghasilkan banyak telur, dan lebih tahan terhadap penyakit.
Tetapi, pada tahun 2022 ini jumlah jenis lele budidaya di Indonesia sudah lebih beragam, tidak hanya lele dumbo dan lele lokal saja. Walaupun jenisnya banyak, tidak semua jenis lele mempunyai kualitas tinggi untuk dibudidayakan. Yuk, ketahui keunggulan masing-masing jenis lele di bawah!
Jenis Ikan Lele Budidaya
1. Lele Mutiara
Lele Mutu Tinggi Tiada Tara atau lebih dikenal dengan Lele Mutiara ini merupakan hasil dari persilangan lele Mesir, Phyton, Sangkuriang, dan Dumbo. Bukan tanpa alasan, ikan ini dinamai mutiara karena mempunyai laju pertumbuhan yang 10-40% lebih cepat dibandingkan dengan jenis lele yang lainnya. Selain itu, lele mutiara mempunyai masa pertumbuhan yang cepat di kisaran 40-80 hari, tergantung pada padat tebar benih di kolam.
Lele mutiara merupakan salah satu ikan yang memiliki angka ketahanan hidup yang tinggi. Jika Bapak/Ibu melakukan proses pembibitan sendiri, angka panen bibit yang akan Bapak/Ibu peroleh dari indukan lele mutiara bisa mencapai 90%.
Untuk proses pembesaran di tahap panen yang pertama, ikan dengan ukuran layak konsumsi bisa mencapai 80%. Hal ini dikarenakan ikan yang bisa hidup di suhu 15-35°C ini mempunyai daya tahan sekitar 70% terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila meski tanpa antibiotik.
Ikan jenis ini cenderung memiliki angka FCR (Feed Conversion Ratio) yang relatif rendah, yaitu di angka 0,8-1,0. Angka FCR yang rendah berarti pakan yang diberikan sudah efektif untuk pertumbuhan ikan, sehingga produktivitasnya relatif tinggi. Angka produktivitas yang dimiliki lele mutiara pada tahap pembesaran 20-70% lebih tinggi daripada benih-benih lele lainnya.
2. Lele Dumbo
Ikan lele dumbo merupakan persilangan dari lele Taiwan dan lele Afrika yang pertama kali dikembangkan di Indonesia pada tahun 1985. Pada saat itu, pemerintah sangat mengandalkan komoditas lele dumbo untuk memperbaiki tingkat budidaya ikan lele di Indonesia agar lebih menguntungkan.
Dibanding lele lokal, ikan lele dumbo dikenal lebih cepat besar. Lele dumbo hanya membutuhkan 2-3 bulan saja untuk menyamai ukuran lele lokal yang dibesarkan selama 1 tahun.
Lele dumbo memiliki warna hitam agak kehijauan, tetapi jika stres akan muncul bercak hitam atau putih di tubuhnya. Saat stresnya hilang, warna kulitnya akan kembali ke semula. Tidak seperti lele lokal, patil ikan lele dumbo tidak mengandung racun sehingga tidak membahayakan manusia.
Ikan yang juga kebal akan penyakit ini akan sangat aman jika dibudidayakan di kolam tanah. Tidak seperti lele lainnya, jika dibudidayakan di kolam tanah, lele dumbo tidak akan membuat lubang di tanah dasar kolam. Jadi, Bapak/Ibu tidak perlu repot-repot mencari lele di lubang ketika musim panen sudah tiba.
3. Lele Sangkuriang
Lele sangkuriang merupakan lele yang berasal dari indukan lele dumbo yang asli, lele dumbo betina generasi kedua (F2) dan lele dumbo jantan generasi keenam (F6). Lele ini dinamakan Sangkuriang karena merupakan hasil penelitian dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar yang terletak di Bogor, Jawa Barat pada tahun 2004. Lele sangkuriang tercipta karena banyaknya keluhan Pembudidaya akan kualitas lele dumbo yang semakin hari semakin menurun.
Lele sangkuriang terbukti memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan lele dumbo. Lele jenis ini dapat menghasilkan sekitar 40.000-60.000 butir telur ketika masa bertelur tiba. Lele yang terkenal lebih tahan penyakit dibanding lele dumbo dan lele lokal ini juga dapat hidup pada kolam dengan air yang sedikit. Selain itu, lele sangkuriang memiliki kualitas dan rasa daging yang lebih lezat dan lebih gurih dibanding dengan lele lainnya.
4. Lele Lokal
Jauh sebelum lele dumbo masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah lama mengenal lele lokal sebagai ikan konsumsi. Lele lokal memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari lele dumbo, warna lebih hitam kehijauan, dan memiliki patil yang beracun di kedua pangkal sirip dadanya. Apabila menyengat, patil yang mengandung racun tersebut bisa membunuh hewan serta menyebabkan demam dan bengkak pada manusia. Selain itu, patil lele lokal juga bisa digunakan untuk berjalan di darat, sehingga lele lokal dikenal dengan nama Walking Catfish.
Di Indonesia, ada 3 jenis lele lokal, yaitu lele hitam, lele putih, dan lele merah. Di antara ketiganya, hanya lele hitam yang layak untuk dikonsumsi, sedangkan lele putih dan merah dibudidayakan sebagai ikan hias.
Penyebaran lele lokal dimulai di wilayah Asia Selatan sampai ke Indonesia bagian Barat. Lele yang hidup di sungai dan rawa-rawa ini sudah mulai ditinggalkan masyarakat sejak lele dumbo masuk ke Indonesia. Penyebabnya adalah lele dumbo memiliki pertumbuhan lebih cepat, dan ukuran rata-rata yang lebih besar.
5. Lele Phyton
Ikan lele phyton adalah hasil persilangan dari lele dumbo lokal dan lele Thailand. Lele phyton mempunyai kulit berlendir yang mengandung pigmen hitam. Dengan mulutnya yang lebar, lele phyton bisa memakan ikan lain maupun bangkai yang ada di kolam budidaya. Lele phyton mempunyai 8 kumis di sekitar mulut, sirip tunggal di punggung, ekor, & dubur, serta sirip yang berpasangan di area dada & perut.
Lele phyton dapat hidup di sungai dengan arus tenang, kolam, danau, atau rawa. Lele phyton dapat hidup di perairan dengan kadar oksigen rendah karena mempunyai organ pernafasan tambahan di depan insangnya. Organ pernafasan tambahan ini memudahkan lele phyton untuk memperoleh oksigen langsung dari udara. Selama daerah tersebut mempunyai tinggi di bawah 700 m dpl, lele phyton dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Jika Bapak/Ibu ingin membudidayakan lele phyton di kolam tanah, sebaiknya gunakan tanah yang berjenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur, dan subur.
Cara Memilih Jenis Ikan Lele yang Cocok untuk Dibudidayakan
Setelah membaca karakteristik, kekurangan, dan kelebihan beberapa jenis lele di atas, saatnya Bapak/Ibu menentukan jenis lele yang cocok untuk dibudidayakan. Tidak hanya dilihat dari kecepatan pertumbuhan saja, kecocokan juga harus dilihat dari lokasi kolam, kondisi udara, kondisi air, serta metode budidaya yang dibutuhkan oleh masing-masing jenis lele. Semuanya tinggal disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi Bapak/Ibu.
Jika Bapak/Ibu memiliki kolam yang airnya mengandung sedikit oksigen, Bapak/Ibu cocok untuk memelihara lele phyton. Lele phyton mempunyai alat pernafasan tambahan di depan insangnya, sehingga Bapak/Ibu tidak perlu menambah kincir di atas kolam untuk memberikan oksigen tambahan. Tetapi perlu diingat bahwa lele phyton tidak bisa hidup di atas ketinggian 700 m dpl ya, Bapak/Ibu.
Lalu, jika Bapak/Ibu menginginkan lele yang pertumbuhannya sangat cepat dan memiliki ketahanan yang tinggi terhadap penyakit, Bapak/Ibu bisa memilih lele mutiara. Lele mutiara bisa tumbuh hingga 10-40% lebih cepat dari jenis lele lainnya dalam rentang waktu 40-80 hari. Walaupun pertumbuhannya cepat, lele mutiara bukanlah lele yang memiliki daging yang paling gurih di antara lele lainnya.
Lele dengan daging yang paling gurih dan rendah lemak adalah lele lokal. Meskipun begitu, lele lokal tumbuh dengan sangat lambat. Untuk mencapai ukuran yang sama, lele dumbo hanya membutuhkan 2-3 bulan sedangkan lele lokal membutuhkan waktu 1 tahun. Hal yang Bapak/Ibu juga perlu pikirkan ketika hendak memelihara lele lokal adalah patilnya. Patil yang dimiliki lele lokal bisa mematikan hewan lain dan menyebabkan bengkak dan demam pada manusia.Sumber