
berkesinambungan adalah kunci sukses untuk industri wood pellet yang berkesinambungan. Upaya
penyediaan bahan baku tersebut dilakukan dengan pembuatan kebun energi dengan
melibatkan masyarakat. Aspek peningkatan sosial ekonomi akan simultan dengan upaya mitigasi bencana
akibat perubahan iklim.
bahan baku wood pellet karena memiliki nilai kalor yang tinggi. Pertimbangan
lainnya adalah tanaman ini termasuk kategori tanaman perintis / pioneer
sehingga bisa menghijaukan lahan marjinal atau lahan kritis sebelum bisa
ditanami tanaman jenis lain. Jutaan
hektar lahan marjinal dan kritis di Indonesia bisa dihijaukan dengan tanaman
kaliandra tersebut, sehingga pengembangan industri wood pellet sangat terbuka
lebar. Model tanaman trubusan seperti kaliandra adalah pilihan
bijak untuk tanaman kebun energi. Kajian
silvikultur hutan kayu energi (kalori tinggi, cepat tumbuh dan trubusan)
penting untuk menentukan jenis tanaman terbaik sebagai penghasil energi. Model
SRC atau Short Rotation Coppices dengan rotasi berkisar 1-2 tahun selama 20-25
tahun menjadi pilihan terbaik untuk tanaman kebun energi. Beberapa jenis tanaman trubusan lain yang
bisa dikembangkan seperti pada table dibawah ini :


Puluhan bahkan ratusan “green powerplant” dibangun saat ini
dengan mengganti bahan bakarnya dengan biomasa, sebagai contoh Amerika Serikat
telah menutup lebih dari 9.000 MW PLTU batubara pada tahun 2012. Biomasa atau
kayu hanya bisa dikatakan sebagai bahan bakar terbarukan apabila diproduksi
secara berkesinambungan (sustainable), salah satunya dengan konsep kebun energi
tersebut. Standar kualitas wood pellet seperti nilai kalor, kadar air, kadar
abu, kimia abu dan ukuran wood pellet itu sendiri adalah parameternya dengan
mengacu pada sejumlah standar internasional seperti CEN (Eropa), DIN (Jerman),
PFI (Pellet Fuel Institute) dan sebagainya.



Saat ini adalah era-nya bertanam dan memanen kebun energi.
Mari kita buat sebanyak-banyaknya kebun energi untuk mendukung kedaulatan
energi.