Profil Pengusaha Susan Soewono

“Karena belum ada toko boneka di Malang, maka saya putuskan untuk membuat toko boneka. Ketika itu, saya mendapat pinjama 0,5 kg emas dari teman sebagai modal,” jelasnya.
Usaha boneka
Di awal, ia hanya mengambil boneka dari para supplier untuk dijual lagi. Lama- lama, kok dia merasa apa yang dijualnya sama dengan apa yang dijual di luar sana. Lalu, dia mulai membuka home industry di samping rumahnya untuk memproduksi boneka.
“Memang mayoritas anak-anak, tetapi boneka bisa juga dibutuhkan oleh orang dewasa, misalnya untuk kado, atau untuk acara lamaran dan pernikahan. Biasanya kami membuat suvenir berupa boneka. Jadi, konsumennya luas mulai dari anak-anak hingga orang dewasa,” ungkapnya.
Dari sebuah toko kecil di Malang, Susan akhirnya melebarkan sayapnya kemana- mana. Toko boneka Isbon mulai punya cabang di sejumlah kota seperti Jakarta, Bali dan Bandung. Hingga kini, sudah ada 40 cabang toko Isbon di seluruh Indonesia.
“Jadi, semua yang membeli boneka di Isbon akan dapat sertifikat Lifetime Guarantee. Kalau untuk mengganti kacing yang copot atau mata yang hilang itu gratis, tetapi kalau untuk mengisi busa atau mencuci, maka akan chargenya. Servis ini kami berikan demi kepuasan pelanggan,” jelasnya.
“Ketika itu pas hari Lebaran dan anak-anak di kota Malang ada yang datang ke toko Isbon sambil membawa uang angpau yang mereka terima. Wajah mereka sangat senang karena akan membeli boneka di toko Isbon. Ternyata, setelah dihitung, uang mereka tidak cukup.
Sajak saat itu, Susan memutuskan memproduksi boneka dengan ukuran yang lebih kecil dan harga lebih murah. Selain itu ia pun mengadakan acara bagi- bagi boneka gratis kepada anak- anak. Setiap harinya ada lima boneka asli yang dibagi- bagikan.
“Nanti tim sosmed kami yang akan pilih pemenangnya. Biasanya, yang kami pilih anak-anak dari daerah yang tidak ada toko Isbonnya dan yang ada JNE-nya tentu biar pengirimannya mudah. Mereka cukup mengatakan, saya ingin boneka Winnie the Pooh,” jelasnya.
Menurutnya melihat raut wajah anak- anak yang bahagia atas bonekanya punya kesan tersendiri. Menurut Susan kebahagiaan di wajah anak- anak itu memberikan perasaan tak terkira, tidak bisa diukur dengan uang.
Jika anda tertarik hasil karya mereka silahkan kunjungi laman www.istana-boneka.com atau bisa berteman di Facebook dengan Istana Boneka serta di akun twitter @istanaboneka.
Demam film Frozen keluaran Disney ternyata memberikan blessing in disguise bagi Susan Soewono, pemilik Istana Boneka. Dia dipaksa oleh Disney untuk menyerahkan semua boneka Frozen yang dibuatnya karena dianggap sebagai barang bajakan.
“Saya kirim semuanya, satu truk boneka karakter Frozen ke Amerika. Ketika itu saya minta kalau bisa boneka itu jangan dibakar, tetapi otoritas di sana mengatakan semua barang bajakan harus dimusnahkan. Jadi, saya harus merelakan boneka Frozen itu dibakar,” kata Susan kepada suara.com.
Peristiwa ini terjadi sekitar Maret 2014 itu tidak membuat Susan patah arang. Ia kemudian mengajukan diri untuk mendapat izin lisensi dari Disney secara langsung. Awalnya, pihak Disney di Amerika Serikat pesimistis lantaran Indonesia dinilai sebagai gudangnya produk bajakan.
Pihak Disney harus melihat langsung pembuatan boneka di pabrik, mengecek tingkat kesejahteraan dan keselamatan pekerja pabrik.
“Ada tim Disney yang diterjunkan langsung, tapi setelah melihat kondisi pabrik kami akhirnya lisensi itu diberikan,” ujar Susan.
Memang Susan merogoh kocek dalam- dalam. Dia menolak menyebut berapa besarnya biaya mengurus lisensi itu. Kata dia, sejak lama dirinya memang sudah punya keinginan untuk bisa mendapatkan lisensi dari Disney, namun tidak tahu caranya.
Isbon sendiri dinobatkan sebagai pemegang lisensi terbaik oleh pihak Disney pada Juli 2014. Saat itu digelar pameran boneka oleh pemegang lisensi Disney di Indonesia.
Harga boneka – boneka itu pun bervariasi, mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 2,5 juta.
“Semua boneka di Isbon merupakan buatan tangan, tapi kualitasnya tidak kalah dengan produk impor,” paparnya kepada Liputan 6. Pemilik Istana Boneka menegaskan bahwa wirausaha butuh nyali.